Tarsinah bersama duta besar RI Irak, Bambang Antarikso, berangkat dari Irak dengan menggunakan pesawat Qatar Airlines sekitar pukul 16.00 WIB hari Jumat, dan tiba di bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 08.05 WIB hari ini, Sabtu (20/8/16).
Selain pihak keluarga yang didampingi pengurus SBMI pusat dan SBMI Indramayu, kedatangan Tarsinah juga disambut oleh pihak BNP2TKI, dan Kemlu.
"Alhamdulillaah.. akhirnya saya pulang juga dan ketemu dengan keluarga saya. Terimakasih kepada semuanya, kepada SBMI kepada pemerintah yang telah membantu kepulangan saya," kata Tarsinah sambil mengusap air mata usai berpelukan dengan beberapa keluarganya.
Tarsinah tak banyak bicara, ia hanya menyampaikan rasa syukur bisa pulang ke Indonesia, setelah hampir tiga tahun ia berada di negara konflik yang tak asing dengan suara dentuman tembakan dan bom.
"Apalagi saat bulan puasa kemarin, ada sekitar 20 kali suara bom," katanya.
Duta besar RI Irak di Baghdad, Bambang Antarikso, menjelaskan bahwa benar daerah yang didiami Tarsinah adalah wilayah rawan, dan sangat menyayangkan bagi WNI berada di daerah tersebut.
"Ko bisa-bisanya ditempatkan di daerah rawan," ungkapnya.
Sementara Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Hariyanto mengatakan, pihaknya mengapresiasi kinerja KBRI Irak yang berhasil menjemput Tarsinah dari majikannya. Ia mengingatkan agar ke depan pemerintah lebih tanggap lagi soal perlindungan terhadap buruh migran.
"Ini pelajaran sangat berharga terkait perlindungan terhadap buruh migran," katanya.
Hary juga menambahkan, meski Tarsinah sudah dipulangkan, bukan berarti masalah sudah selesai.
"Masih ada masalah setelah ini, yakni kasus traficking-nya harus diusut. Ini demi ke depannya agar tidak lagi sewenang-wenang dalam merekrut TKI," tandasnya.