Dari pantauan Cuplikcom, sedikitnya terdapat dua desa yang terkena dampak dari luapan ombak pasang, yakni Eretan Wetan dan Eretan Kulon. Akibat air laut yang merendam pemukiman padat penduduk tersebut, aktivitas warga warga menjadi terganggu.
Dayat (25) salah satu warga Desa Eretan Kulon menuturkan bahwa fenomena meluapnya air akibat ombak pasang tersebut terjadi setiap tahun saat musim barat tiba.
"Setiap tahun juga seperti ini (banjir, -red.) tapi tidak lama sore juga sudah surut lagi," ungkapnya, Sabtu (11/2/17).
Dikatakan bahwa meski air luapan ombak laut hanya terjadi beberapa jam saja pada setiap harinya, namun air tetap sampai masuk kedalam rumah. Sehingga air laut sempat merusak perabot rumah tangga yang berada di dalam rumah.
"Kalau sudah masuk rumah kaya gini, barang-barang jadi cepet rusak. Apalagi air laut yang bisa membuat karat," katanya.
Warga lainnya, Rastiman (50) juga menambahkan bahwa meluapnya air laut akibat ombak pasang lumrah terjadi saat musim penghujan. Hal tersebut berlangsung sedikitnya tiga hari saat air laut dan ombak pasang, yang terjadi pada pertengahan bulan (hitungan bulan jawa, -red.).
"Kalau sudah bulan purnama mah, udah berhenti, ombak laut ga meluap lagi," ungkapnya.
Menurutnya, intensitas huja akan mempengaruhi ketinggian air yang menggenangi rumah warga. Namun hal tersebut tidak berarti jika drainase dalam keadaan baik.
"Suka air gedenya mah (tinggi,red) itu karena pembuangan yang kelautnya rapat, jadi ombak yang meluap tidak langsung kebuang ke laut lagi," pungkasnya.