Ada yang menggelitik saat peluncuran produk baru dari PT Philip Morris Indonesia, Marlboro Black Menthol (MBM), di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (18/3). Brand Manajer Marlboro Indonesia, Veronica Risayana mengatakan, MBM dipasarkan dalam limited edition atau terbatas hanya dalam enam bulan, Maret-Agustus mendatang.
Cukup menggelitik. Banyak yang berpendapat, label limited edition hanya sebagai trik pasar untuk menggugah perokok segera mencoba. Dengan anggapan, sesuatu yang dijual terbatas dan eksklusif itu memiliki nilai tersendiri.
Ada yang lebih sinis lagi. Mereka menyebut label limited edition itu adalah sebuah ajang coba-coba dari Marlboro dalam meluncurkan produknya yang memang pangsa pasarnya sangat sempit. Bila produk itu gagal, Marlboro tak malu untuk tidak melanjutkan proyek barunya.
Veronica yang dijumpai wartawan secara terbatas seusai peluncuran produk barunya, tidak menolak anggapan label limited edition sebagai sebuah trik dari bagian pemasaran.
"Itu sah-sah saja. Dan kami memang memiliki cara untuk memasarkan sebuah produk," ujar Veronica yang saat itu mengenakan baju berwarna hijau dan rok berwarna hitam disesuaikan dengan kemasan MBM. Yang jelas, "Limited edition ini merupakan alternatif baru untuk para perokok mentol. Kita ingin produk ini eksklusif," tambahnya.
Veronica juga mengakui, pangsa pasar rokok mentol memang kecil. Namun, dalam dua tahun terakhir ini perkembangan pasar rokok mentol di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Menurut survei AC Nielsen, konsumen rokok mentol mengambil peran sebesar 1,6% dari seluruh konsumen rokok di Indonesia.
Dia menargetkan produk MBM ini akan mengambil peran 10% dari konsumen perokok mentol tersebut. "Kami hanya mementingkan eksklusivitas. Bukan target pasar," tuturnya.
Sampai sejauh ini, Philip Morris Indonesia belum berencana untuk mengubah limited edition pada MBM menjadi permanen. Beberapa kali didesak tentang kemungkinan untuk menjadi permanen, Veronica tetap mengelak.
Menurutnya, Marlboro belum merencanakan untuk memproduksi lebih lanjut setelah masa produksi MBM ini berhasil meraup konsumen yang banyak. "Kita memang sering mengeluarkan produksi terbatas. Tapi memang untuk kemasan eksklusif," katanya.
Veronica menyebutkan MBM selain di Indonesia sudah diproduksi di Singapura, Hong Kong dan Jepang. "Di negara itu, MBM sudah produk permanen," katanya.
Veronica mengklaim, MBM sebagai rokok mentol pertama yang mengusung image maskulin. Ini direpresentasikan melalui kemasan hitam dengan desain yang maskulin dan premium.
MBM ini melengkapi koleksi varian rokok Marlboro lainnya yang beredar di Indonesia, seperti Marlboro Full Flavor, Marlboro Lights, Marlboro Menthol dan Marlboro Lights Menthol. "Harga MBM seperti Marlboro regular lainnya," ujar Veronica berpromosi.