"Sekitar 86 ribu hektar akan terancam kekeringan dan gagal panen. Mayoritas di Indramayu sampai 80 persen. Sehingga sekitar 516 ribu ton padi akan kehilangan produksi," ujar pengamat Pertanian, Carkaya SP kepada cuplikcom, Jumat (26/5/17).
Carkaya, yang juga sebagai Ketua DPP Mari Sejahterakan Petani (MSP) Indonesia ini mengungkapkan, ancaman gagal panen tersebut akibat terhambatnya proses pengerjaan konstruksi di Waduk Jatigede Sumedang, sehingga air dari Waduk Jatigede tidak mengalir dengan maksimal ke sungai Rentang sebagai bangunan pembagi utama, yang inti kanan ke sungai Sindupraja untuk mengairi seluas 50.000 hektar di Cirebon Barat dan Indramayu Timur, dan inti kiri ke sungai Cipelang mengairi 36.000 hektar di seluruh areal sawah Indramayu Tengah.
"Ini sangat berpotensi kehilangan produksi padi sebesar 516.000 Ton, dengan asumsi produktivitas 6 ton per hektar, dengan asumsi Luas 86.000 hektar. Selain itu akan terjadi kerawanan pangan dan kerawanan ekonomi di kabupaten Indramayu dan Cirebon," papar Carkaya.
Carkaya mengingatkan, solusi yang harus dilakukan pemerintah melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung adalah segera mengalirkan air dari waduk Jatigede ke Rentang dengan debit air 60 Kubik per detik Selama 24 jam sampai panen musim gadu ini.
"Berarti menghentikan sementara pekerjaan konstruksi sekitar Jatigede sampai Panen Gadu 2017," jelasnya.
Hal itu dilakukan menurutnya, mengingat Kondisi areal persawahan di wilayah Indramayu misalnya di kecamatan Lelea (Desa Tempel, Pengauban, Tempel Kulon, dan Cempeh ), kecamatan Cikedung (Desa Mundakjaya), kecamatan Kandanghaur, kecamatan Losarang, kecamatan Terisi, kecamatan Gabuswetan, kecamatan Jatibarang, kecamatan Krangkeng, kecamatan Karangampel, kecamatan Juntinyaut, kecamatan Balongan, kecamatan Pasekan, kecamatan Kedokanbunder, kecamatan Arahan, dan kecamatan Cantigi, sudah mulai mengalami kekeringan.Bahkan beberapa petani sampai beberapa kali melakukan tanam ulang.
"Sebagian besar saat ini banyak wilayah sudah mulai mengalami krisis air dan sebagian besar mengalami kekeringan. Sehingga berpotensi terjadi gesekan yang akhirnya bisa berujung konflik di masyarakat. Seyogyanya BBWS Cimanuk-Cisanggarung agar bereaksi cepat menyikapi kondisi ini," tandas pria jebolan UNPAD Bandung ini.