Gabungan dari berbagai komunitas Street Art Indramayu ini, mereka melakukan berbagai kegiatan seperti acara workshop sketch, tearter, pembaca puisi, workshop tato, simpul swara (lingkar diskusi), hip-hop, fotografi, literasi, teman-teman distro, sastra dan masih banyak lagi komunitas yang bertemu dengan Street Art di Taman Kota Tjimanoek.
Nur Umar (Ahonk) salah satu pegiat literasi dalam acara Street Art tersebut, mengungkapkan, acara semacam ini perlu dilanjutkan pada momen-momen kedepanya.
"Acara seperti ini berdampak positif, sehingga harus terus di upayakan ke depannya, atau pada momen-momen berikutnya, sebagai langkah awal menuju kegemilangan pemuda-pemudi Indranayu," ujarnya kepada tim cuplik.com.
Ia menambahkan, dengan misi yang sama mengangkat seni Indramayu kepermukaan, dalam arti mempublikasikan seluas-luasnya kepada khalayak ramai, bahwa Indramayu memiliki potensi yang besar akan kreatifitas anak mudanya, serta dengan harapan mengikis stigma-stigma yang melekat pada Indramayu tersebut.
"Komuntias-komunitas di Indramayu yang telah tergabung pada acara tadi merupakan sebuah rasa kepedulian terhadap apa yang terjadi di Indramayu sendiri, dengan mengisi kekosongan yang selama ini, maka komunitas yang di gawangi oleh para pemuda-pemudi Indramayu tersebut dapat menjadi sebuah berometer. Bahwa kekayaan Indramayu tidak hanya berkutat pada SDA semata, melainkan terdapat pula kekayaan yang dimiliki oleh setiap penduduknya (SDM)," ungkapnya Nur Umar.
Nur Umar menjelaskan, bahwa Street Art bukanlah milik perseorangan, melainkan Street Art milik semua pemuda Indramayu, sehingga tidak memiliki kepemilikan tunggal atas Street Art tersebut.
"Hal tersebut didasarkan pada solidaritas yang terbangun di dalamnya, dan lebih dari itu, bahwa seni ialah sebuah pergulatan yang keindahan dan kerja nyata dari sang kreatornya dan juga dinikmati oleh orang banyak," jelasnya.