Pertemuan Komisioner Kompolnas. (foto: winan)
Cuplikcom - Jakarta - Peristiwa menarik terjadi pada Rabu (23/08/17), kemarin di Hotel Grand Kemang Jakarta Selatan. Dimana 6 orang Komisioner Kompolnas bertemu dengan 18 orang calon anggota Kompolnas, atau kompetitornya saat mereka bersaing mengikuti proses seleksi calon anggota Kompolnas pada awal tahun 2016 yang lalu.
Ini peristiwa yang tidak biasa dimana mereka saat itu yang masuk pada 24 besar calon anggota Kompolnas masih menjaga silaturahmi dan komunikasi dengan baik.
Awak media mengkonfirmasi salah satu Komisioner Kompolnas, Dede Farhan Aulawi menanyakan tujuan dari hasil pertemuan tersebut. Ia menjawab diplomatis bahwa menjaga silaturahmi adalah sesuatu yang baik dan menjadi ciri dari bangsa Indonesia.
Ia mengatakan soal hasil pertemuan tersebut pihaknya juga telah menerima masukan dari teman-teman yang waktu itu masuk menjadi 24 besar calon anggota Kompolnas.
"Mereka semua memiliki komitmen yang baik untuk memajukan Polri dilihat dari perspektif masing-masing," paparnya.
Dikatakannya dari masukan-masukan tersebut pihaknya menerima dengan baik termasuk adanya kritikan.
"Kita tidak alergi dengan suatu kritikan yang konstruktif, karena kritikan adalah sesuatu yang penting agar kita semakin bijak sekaligus dorongan untuk berbuat yang lebih baik lagi," terangnya.
Ia menceritakan bahkan pihaknya memiliki wa group untuk menjaga komunikasi setiap saat.
"Nama wag-nya NHBC yang merupakan singkatan dari Nyaris Hampir Bakal Calon," jelasnya sambil tertawa renyah.
Masih kata Dede, ia menerangkan bahwa seluruh rekan – rekannya tersebut akan selalu memberi dukungan dan dorongan dengan masukan – masukan yang positif.
"Nalar logis dan kritis menjadi landasan dari diskusi yang dilakukan tadi pagi sampai siang," ucapnya.
Ia menuturkan Polri itu merupakan asset yang sangat berharga milik bangsa dan Negara, jadi kita semua perlu memberi dukungan riil minimal dalam bentuk sumbangsih pemikiran agar Polri bisa lebih baik dan lebih baik lagi.
"Tentu tidak ada proses yang bisa merubah sesuatu seperti membalikan telapak tangan. Semua butuh proses. Kita harus bisa menghargai setiap ikhtiar perbaikan yang dilakukan. Tentu tidak sempurna, tapi kita harus terus berusaha memperbaikinya," jelasnya.
Dia mengungkapkan tanpa kenal lelah dan putus asa, meskipun yang mencaci masih tetap ada. Namun Polri tetap tegar dan selalu ingin memberikan pengabdian yang terbaik buat bangsa dan Negara.
"Seperti program revolusi mental Polri misalnya, kita sangat menghargai bahwa keinginan perubahan itu lahir dari diri sendiri agar Polri terus berbenah memperbaiki diri," ungkapnya.
Pihaknya mengajak untuk mendoakan Polri agar semakin hebat. "Mari kita doakan bersama agar Polri semakin baik dan tetap jaya untuk Indonesia tercinta," tutupnya.