Audensi aktivis muda Indramayu dengan ketua DPRD Indramayu (cuplikcom/ist)
Cuplikcom - Indramayu - Beberapa aktivis muda dari beberapa mahasiswa dan pemuda ini merasa kecewa terhadap jawaban ketua DPRD Indramayu. Pasalnya mempertanyakan soal kronologis dibangunnya gedung yang 12 tahun baru jadi itu, pihaknya tidak menjelaskan sesuai dengan harapan, dan bahkan data anggaran pun tidak disuguhkan.
Hal itu diungkapkan usai mendatangi kantor ketua DPRD Indramayu, Taufik Hidayat di gedung DPRD Indramayu, Jumat (13/10/2017). Aktivis muda tersebut terdiri dari mahasiswa Indramayu yang studi di Bandung dan dari BEM AMIK Indramayu, serta perwakilan pemuda.
Diketahui, gedung yang baru jadi bertahun-tahun itu saat ini sudah dibuka, gedung tersebut diberi nama "Rumah Pinter Iptek Mutiara Bangsa", terletak di Bojongsari Indramayu, dekat dengan area venue Dayung dan Waterbom Bojong Sari Indah.
Salah satu perwakilan mahasiswa, Anggi Nofiah menuturkan, maksud audensi adalah ingin mengetahui kronologis dibangunnya gedung tersebut termasuk berapa anggaran yang dihabiskan.
"Temen temen yang ikut beraudiensi merasa kurang puas dengan jawaban bapak ketua dewan. Apa yang dijelaskan pak Taufik hanya bersifat normatif.
Tidak disediakan data anggaran yang bisa kita lihat atau baca.
Dalam jawaban pembahasannya dirasa kurang sesuai atau tepat dengan apa yang kami harapkan.
Tapi terimakasih bapak Ketua DPRD Indramayu atas waktunya," tutur Anggi.
Selain itu, ia juga mempertanyakan soal tiket masuk yang dinilai terlalu mahal yakni Rp35 ribu per kepala, padahal gedung tersebut dibangun dari uang rakyat yang bersumber dari APBD dan APBN.
Termasuk, lanjut Anggi, soal transparansi rekrutmen karyawan dan diskon harga tiket untuk pelajar dan warga miskin.
"Tapi ya kita lihat aja lah, kita menyampaikan aspirasi pelajar agar didiskon 50 persen, anak yatim dan masyarakat tidak mampu digratiskan, mudah-mudahan aspirasi kami dapat terwujudkan dan kami belum merasa puas jika aspirasi kami belum direalisasikan," jelas Anggi.
Sementara, Ketua DPRD Indramayu, Taufik Hidayat menjelaskan, proses pembangunan gedung yang dmulai sekitar tahun 2002 itu menurutnya dibangun secara bertahap, bukan hanya menggunakan dana APBD Indramayu saja, tapi juga bantuan dari pemerintah pusat (APBN) dan provinsi.
"Prosesnya bertahap, yang pertama dilakukan ialah pengadaan tanah dulu, ini memakan waktu. Jika seluruhnya memakai APBD pasti rakyat repot dan marah mengingat masih banyak kebutuhan lain dari masyarakat yang belum terpenuhi seperti sektor perikanan, pertanian, rehabilitasi jalan, rehabilitasi saluran, dan lain-lain," jelasnya.
Terkait soal tarif tiket masuk, Taufik tidak bisa menjawab karena menurutnya hal itu wewenang dari pihak pengelola gedung tersebut.
"Sedangkan aspirasi aktifis untuk para pelajar agar di diskon 50 persen, nanti akan saya sampaikan ke komisi bidangnya," tandasnya.