Menstruasi pertama atau menarche menandai babak baru kehidupan seorang wanita. Itulah sebabnya, setiap orangtua yang memiliki anak wanita hendaknya sudah membekali sang anak dengan pengetahuan tentang menarcheagar si gadis kecil tidak kaget saat siklus kewanitaan itu tiba.
Sebut saja Laila, 37, seorang ibu rumah tangga asal Tangerang yang sudah mengajarkan Nabila, sang putri, perihal haid sejak anaknya itu berumur 6 tahun. "Setiap saya pergi belanja, Nabila kan suka ikut.Dan kalau saya beli pembalut dia suka nanya-nanya, itu buat apa? Nah, saya pikir sekalian saja saya jelasin tentang menarche," ungkapnya.
Alhasil, Laila pun bernapas lega karena Nabila tak terlihat panik saat pertama kali haid pada usia 11 tahun. "Saya bilang, kamu harus pakai pembalut seperti mama. Dan dia langsung ngerti karena pernah saya terangin cara pakainya," tuturnya.
Berbeda dengan Laila, kurangnya komunikasi menyebabkan Lastri, 35, tak mengetahui momen manakala putri kecilnya mengalami menarche. "Dia baru mengaku sudah mens pas kelas 1 SMP. Ternyata kejadiannya saat dia masih kelas 5 SD. Berarti hampir 2 tahun anak saya berahasia. Alasannya malu dan takut dimarahi karena dia menganggap terlalu cepat dewasa," ujar Lastri yang mengaku tidak pernah mengajarkan tentang menarche sebelumnya.
Menstruasi adalah hal lumrah pada wanita, bahkan dikatakan "tidak normal" jika hingga batas usia tertentu belum mengalaminya. Menarche pada setiap anak wanita bisa bervariasi, umumnya terjadi pada usia 9-14 tahun, kendati bisa jadi lebih awal (usia 8 tahun). Ada juga yang pada usia 16 tahun baru mengalami haid.
Artis Minati Atmanegara mengaku tak begitu kaget ketika putrinya Cantika, mengalami menarche pada usia 14 tahun. "Waktu itu teman-temannya memang sudah pada haid, sedangkan dia belum, jadi dia sudah menunggu- nunggu juga. Makanya waktu pertama kali dapat haid di sekolah dia senang banget dan langsung telepon ke rumah ?Hore aku udah dapet, aku udah gede!', ya walaupun ngomong-nya masih kayak anak kecil," kenangnya.
Minati menuturkan, putrinya yang juga pemain sinetron itu, ternyata sudah mengetahui terlebih dahulu perihal menstruasi dari teman-temannya dan majalah-majalah.
"Anak sekarang sudah jauh lebih canggih, tidak seperti kita dulu. Waktu itu saya tanya dia sudah tahu sejauh apa tentang menstruasi, dan ternyata penjelasannya betul semua," tuturnya bangga.
Idealnya orangtua, terutama ibu, sudah mulai memberikan gambaran tentang menstruasi pada anaknya sejak usia dini, mengingat tidak mudah menebak kapan datangnya menarche. Hal ini penting sebelum anak mendapat informasi dari luar yang belum tentu kebenarannya.
Wayne Adams PhD, psikolog klinis dari George Fox University Newberg, mengungkapkan, menstruasi menandai perubahan yang besar dalam diri seorang anak wanita sehingga sangat penting baginya untuk "tidak sendirian" menghadapi pengalaman pertamanya ini.
Anak bisa berbicara kepada ibunya, kakak perempuannya, atau teman-temannya saat terjadi gejala seperti perut mulas, buah dada mengencang, atau timbul jerawat. Perubahan ini sebenarnya bisa diamati orangtua, dan kemudian orangtua sudah bisa memulai untuk menceritakan. Bekal penting lainnya adalah persiapan mental. Hal ini juga untuk mengantisipasi rasa minder bila si anak terlalu dini ataupun telat mengalami menarche dibanding rekan sebayanya.
Psikolog Rose Mini AP menekankan pentingnya keterbukaan dan komunikasi efektif antara orangtua dan anak. Pemilik Essa Consulting ini menyayangkan masih banyaknya orangtua yang susah menjangkau anak-anaknya, atau si anak pada saat mau ngomong juga merasa tidak enak atau takut.
"Masalah komunikasi seperti ini sebaiknya dihindari agar anak dalam keadaan apa pun, senang ataupun sedih, mau bercerita kepada orangtuanya. Begitu pun saat anak membuat masalah, dia akan cerita bahwa dia melakukan kesalahan, tanpa takut dimarahi. Karena itu, perlakuan orangtua juga harus baik," tutur Mbak Romi.
Ia menambahkan, orang harus lebih jeli kepada anak-anaknya, terutama saat mulai akil balig yang mana biasanya anak mengalami perubahan fisik dan hormonal. Pada anak yang baru haid biasanya siklusnya belum teratur, ini juga penting untuk dijelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. "Jika tidak dijelaskan, maka anak pemahamannya tidak ada. Padahal kalau si anak mendapatkannya dari luar belum tentu bisa menjelaskannya dengan baik, dan itu bisa fatal. Misalkan dia pikir tidak mens itu tidak apa-apa, padahal kalau mens awal itu memang siklusnya kadang belum teratur," papar ibu satu anak ini.
Hal lain yang sangat krusial adalah memberitahu anak bagaimana merawat dan menjaga dirinya dalam kaitannya dengan pergaulan di luar, terutama dengan lawan jenisnya, baik di lingkungan rumah maupun di sekolahnya.