Anggota DPRD Indramayu, H Abdul Rohman SE MM saat kunjungi areal semburan gas di Sukaperna (cuplikcom/ist)
Cuplikcom - Indramayu - Anggota DPRD Indramayu, H Abdul Rohman mempertanyakan atas pernyataan pihak PT Pertamina yang mengaku tidak ada kaitannya soal semburan gas liar di desa Sukaperna, Ia menilai kejadian tersebut merupakan kegagalan tekonologi Pertamina. Sehingga ia mendesak kepada pihak Pertamina untuk jelaskan secara transparan apa yang sebenarnya terjadi.
Hal itu diungkapkan saat rapat Komisi IV DPRD Indramayu bersama EP Pertamina, Pemda Indramayu, camat Tukdana, serta kepala desa Sukaperna untuk bahas soal semburan gas liar yang terjadi di desa Sukaperna kecamatan Tukdana kabupaten Indramayu Jawa Barat, di ruang sidang utama kantor DPRD Indramayu, Rabu (17/01/2018).
"Saya ragu bahwa kejadian gas rawa dan dangkal (di desa Sukaperna -red.) ini tidak ada hubungannya dengan kegiatan yang dilakukan Pertamina. Saya yakin bahwa kejadian itu merupakan kegagalan teknologi EP Pertamina. Kalo Pertamina mengklaim tidak ada hubungan antara kejadian ini dengan aktivitas Pertamina, saya pikir pernyataan itu harus dicabut kembali," ujar anggota dewan dari fraksi PDI Perjuangan ini.
Abdul Rohman menjelaskan, pernyataan pihak Pertamina dengan hanya membandingkan presentase kandungan gas, menurutnya bukan berarti tidak ada kaitannya dengan sumur maupun aktivitas Pertamina.
"Jadi jangan menyatakan tidak ada hubungannya dulu. Dengan apa yang dilakukan Pertamina diantaranya menutup dan menyemen, mengalirkan semburan gas ke dalam sumur, itu secara tidak langsung Pertamina mengakui bahwa kejadian tersebut akibat dari aktivitas Pertamina." jelasnya.
Oleh karenanya, pihaknya meminta kepada pihak Pertamina agar menjelaskan secara transparan dan jangan ada yang ditutup-tutupi.
"Saya ingin ada kejelasan dan mengetahui lebih dalam apa sebenarnya yang dilakukan pada sumur yang ada di Sukaperna, teknologi apa yang digunakan Pertamina?" katanya.
Hal yang sama juga ditegaskan oleh ketua komisi IV DPRD Indramayu, H Muhaemin, ia menilai bahwa semburan gas di Sukaperna akibat dari aktivitas Pertamina.
"Jika melihat dari kasat mata, di luar teori-teori yang kurang saya pahami. Menurut saya semburan ini akibat dari aktivitas Pertamina. Lalu jika menurut pengakuan Pertamina semburan gas ini tidak berbahaya, menurut saya ini sangat berbahaya," tegasnya.
Sementara pernyataan pihak perwakilan EP Pertamina yang menyatakan, semburan gas yang terjadi di Sukaperna tidak ada hubungannya dengan Pertamina.
"Sesuai kajian yang dilakukan oleh internal EP Pertamina, antara sumur Bangodua dengan semburan gas tidak ada hubungannya karena kandungan dan tekanan gasnya berbeda," jelasnya.
Diketahui, semburan Gas di desa Sukaperna kembali terjadi pada Desember 2017, setelah sebelumnya pernah terjadi pada 2015. Terdapat titik semburan di areal persawahan dan rumah-rumah warga berjumlah sekitar 195 titik hingga menyebar ke desa sekitar seperti desa Pagedangan kecamatan Tukdana.