"Krisis ekonomi sudah membuat transaksi perdagangan menjadi turun, ditambah lagi dengan masa kampanye seperti ini, masyarakat menjadi tidak nyaman untuk bertransaksi. Bahkan untuk keluar rumah sudah takut," kata Carolina, pedagang elektronik di Glodok Plaza, Jakarta, Selasa (24/3).
Menurut dia, sejak kampanye pengunjung semakin sepi, yang menyebabkan penjualan barang elektronik juga turun. Biasanya dalam sehari, pihaknya bisa menjual lima sampai delapan produk, baik itu televisi (tv) LCD, audio tape dan pemutar DVD Player. Namun dalam masa kampanye beberapa hari ini, penjualannya turun menjadi dua sampai empat produk saja, sehingga omzetnya turun sampai 20 persen.
"Pengunjung yang datang bisa dihitung pakai jari. Itu pun tidak semuanya melakukan transaksi. Mungkin karena harga beberapa barang masih tinggi sehingga masyarakat enggan membeli," katanya.
Carolina mengatakan, sejumlah barang masih mengalami kenaikan harga, seperti pada audio tape, pemutar DVD, TV konvensional (tabung), yang mengalami kenaikan harga sebesar 10 persen atau berkisar Rp100 ribu - Rp300 ribu. Sedangkan harga TV LCD cenderung turun Rp150 ribu - Rp300 ribu per unit sejak pertengahan bulan ini.
"Permintaan TV LCD masih terus ada dan menjadi salah satu barang terlaris di toko saat ini dan sedikitnya membantu mempertahankan kondisi toko ini dalam perputaran uangnya," ujar Carolina yang sudah 10 tahun membuka toko di Plaza Elektronik itu.
Pendapat yang sama juga dikatakan pengawas toko Victory Electronik di Plaza Orion, Glodok, Henny. Ia mengatakan bulan Maret menjadi masa terberat dalam penjualan barang elektronik, karena sejak kampanye pemilu dimulai pada 16 Maret 2009 penjualan terus menurun. .
"Pengunjung jauh menurun, apalagi pembeli. Sebelum krisis pengunjung bisa mencapai seribu dalam satu harinya, baik itu yang hanya memeriksa harga, karena hanya di toko ini yang memasang bandrol, atau pun yang melakukan transaksi," kata Henny, yang mengaku sudah 30 tahun membuka toko di kawasan itu.
Namun, ia juga menilai penurunan penjualan barang elektronik juga terjadi akibat nilai tukar rupiah yang masih melemah pada kisaran Rp11.440 per dolar AS. "Barang Elektronik masih bergantung pada nilai dolar AS, kenaikan pun bervariasi, mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu, tapi tidak untuk LCD TV yang harganya kian turun secara bertahap," katanya, di sela melayani calon pembeli.
Dia mengatakan, barang yang masih banyak diminati masyarakat saat ini adalah TVkonvensional, walaupun terjadi kenaikan harga 10 persen, yakni sekitar Rp100 ribu-Rp150 ribu, tapi sejauh ini masih banyak yang membeli.
"TV konvensional masih banyak dibeli masyarakat, nampaknya selain kebutuhan pokok, kebutuhan informasi mulai jadi prioritas mereka, terutama dalam masa kampaye sekarang," kata Henny yang mengaku omzet tokonya juga turun hingga 20 persen selama musim kampanye.
Lebih jauh ia mengatakan, masa kampanye pemilu membuat banyak pedagang elektronik di kawasan Glodok khawatir akan munculnya kerusuhan yang mendorong terjadinya penjarahan. "Saya khawatir masa kampanye pemilu legislatif dan pemilu presiden (Pilpres) nanti bakal kembali terjadi kerusuhan. Kerusuhan Mei 1998 sudah menghancurkan toko ini, semua habis dijarah dan dibakar dan jangan sampai itu terlulang kembali," ucapnya.