Ilustrasi. (foto: istimewa/google)
Cuplikcom - Opini - Sahabat, masing – masing kita telah melewati jalan yang terbentang panjang. Ada masa – masa indah yang tak mudah dilupakan, terekam, terpatri dan terukir dalam nota nostalgia.
Dan ada masa penuh duka dan luka, yang terkadang terasa sangat pedih dan menyakitkan. Ya, warna warni kehidupan macam itu pernah kita lewati.
Sahabat, aku mohon maaf, karena tidak berarti tuk mengingatkan masa pahit yang telah kita lewati. Dengan sisa kerikil yang masih menusuk tajam, terasa pedih, seiring lelehan darah yang merayap senyap
Dimana tubuh berbalut keringat.
Bau, busuk, gundah dan rasa yang berkecamuk, tak mudah tuk melupakan, tak mudah tuk meninggalkan, tak mudah tuk menjauh ,karena harus kita akui. Bahwa asa itu masih ada bertengger, bermukim di rongga dada yang terdalam.
Mungkin kita pernah berharap pada seseorang, agar ia menjadi dinding penyangga pundak manakala kita lelah, agar ia menjadi pembimbing dan pelindung dalam menelusuri lorong waktu, agar ia mampu mencurahkan segenap kasih sayangnya pada kita.
Kita berharap ia menepati, tapi ternyata ia mengingkari. Kita berharap ia bisa mengerti tapi ternyata ia tak pernah mau memahami.
Di pegang kepala, ekor yang berkibas. Di pegang ekor, kepala yang menyalak, semua jadi serba salah dan akhirnya kita memendam dendam.
Sahabat, sebenarnya apa yang pernah kita lewati, adalah episode waktu yang mau tidak mau harus kita lewati. Memang tidak sejalan dengan keinginan dan harapan kita, tapi itulah fakta yang kita miliki dan harus siap kita hadapi.
Kita takkan pernah menang hanya dengan mengeluh, kita takkan pernah sukses hanya dengan mengharapkan. Tapi kita akan menang dan sukses manakala kita mampu menaklukan terjalnya jalan kehidupan.
Sahabat, jika ada orang yang pernah menyakiti kita, hamparkanlah sajadah maaf sebelum ia meminta, berikanlah apa yang ia inginkan sebelum ia memohon.
Ikhlaskanlah semua yang telah terjadi. Karena sesungguhnya, merekalah yang telah menggembleng kita agar lebih dewasa, lebih sabar, dalam menjalani kenyataan.
Kumpulkanlah bongkahan maaf yang masih tersisa, berikanlah pada siapapun yang membutuhkannya. Itu adalah benih kebajikan yang bisa kita tanamkan dan niscaya kita kan peroleh kebahagiaan.
Oleh : Dede Farhan Aulawi