BANDA ACEH: Budaya "Melengkan (bahasa tutur Gayo) dan syair yang merupakan kesenian tradisional masyarakat Kabupaten Aceh Tengah, kini kian luntur, karena pengaruh negatif budaya global yang disiarkan melalui media massa, khususnya elektronik.
Wakil Bupati Aceh Tengah, Djauhar Ali saat membuka lomba Melengkan dan syair di Takengon, Senin, menyatakan, munculnya budaya asing dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai yang bersifat kontradiktif dengan adat istiadat masyarakat Gayo itu.
Tidak hanya itu, semakin besarnya budaya asing yang dapat diakses melalui jaringan elektronik dikhawatirkan akan berimbas terhadap pergeseran nilai dan hilangnya jati diri para leluhur daerah itu.
Oleh karenanya kegiatan lomba tersebut merupakan upaya pelestarian adat istiadat yang telah dikembangkan para leluhur, katanya.
Orang-orang terdahulu yang mengembangkan tradisi Melengkan dan syair memasukkan sebagai ajaran dan hukum Islam.
Malah karya cipta para leluhur itu telah mempengaruhi kehidupan masyarakat secara positif dan turun temurun.
Menurut Djauhar, semua gerak gerik kehidupan masyarakat selalu terikat pada aturan, norma dan nilai-nilai yang dikemas dalam adat istiadat.
Artinya setiap tingkah laku, sikap, perbuatan dan tindakan yang berhubungan dengan orang lain telah ada aturan dan disiplin yang bertolok ukur adat istiadat dan berdampingan dengan agama.
Bukti tersebut menunjukkan, bahwa eratnya hubungan adat dan agama di dalam masyarakat, katanya.
Melihat dari kondisi budaya yang hampir kian memudar itu, Djauhar Ali mengajak semua elemen masyarakat untuk menjaga dan memelihara serta mewariskan adat istiadat tersebut kepada generasi penerus.
Wakil Bupati Aceh Tengah mencontohkan, syair merupakan bentuk karya sastra yang bersumber dari isi kandungan Al-Quran dan Hadist.
Tidak mengherankan, bila di dalam kandungan syair itu berisi petuah dan nasehat untuk dilaksanakan, ujarnya.
Selain itu Melengkan juga merupakan sarah kata para leluhur yang disampaikan melalui bahasa kiasan dalam penyampaian maksud.
Kiasan yang disampaikan itu adalah hasrat dan maksud hati untuk mendapat sesuatu.
Biasanya Melengkan yang acap dipergunakan pada saat prosesi perkawinan oleh para tokoh adat setiap kata Melengkan akan dijawab dengan hal yang sama.
Secara terpisah, Ketua Majelis Adat Aceh Gayo, (Mango) Aceh Tengah, Mustafa menjelaskan, kegiatan pertandingan Melengkan dan syair itu digelar sebagai upaya mengingatkan kembali kepada para generasi muda akan tradisi daerah yang harus dilestarikan.
Salah satu tradisi yang jarang ditampilkan itu kata Mustafa seperti syair yang sarat dengan sarana dakwah yang dapat memperkuat syariat Islam.
Secara rinci Mustafa menjelaskan, pertandingan Melengkan dan syair yang akan berlangsung selama sehari penuh itu diikuti peserta dari seluruh kecamatan yang ada di daerah itu.
Untuk pertandingan Melengkan diikuti sebanyak 14 orang, sedangkan pertandingan syair diikuti oleh 14 grup.