Ke-17 pemain yang berkostum kera tersebut, menirukan gerakan kera secara dinamis dan serempak menjadi sebuah tarian indah, diiringi dengan irama gamelan yang dimainkan rancak.
Kesenian tersebut diciptakan oleh masyarakat Desa Banyumudal, Kecamatan Sapuran, Wonosobo pada tahun 2006, kata Muhtar, pimpinan kelompok kesenian Karmapala.
"Daerah kami sering diserang kawanan kera yang berasal dari lereng selatan Gunung Sumbing, karena kera-kera tersebut lapar, kemudian turun ke permukiman warga dan menyerang tanaman," kata Muhtar.
Untuk menandai peristiwa tersebut, katanya, akhirnya terciptalah kesenian ini dan mulai dikenal oleh masyarakat di luar Wonosobo. "Kami pernah mementaskan Tarian Karmapala di Ungaran, dan beberapa festival budaya di Wonosobo," katanya.
Ia mengatakan, nama Tarian Karmapala diberikan secara spontan oleh Sugimin, perangkat desa Banyumudal. "Kemudian, nama tersebut terus digunakan hingga sekarang," kata Muhtar tanpa bersedia menjelaskan arti nama Karmapala.
"Kami mempunyai anggota sebanyak 35 orang, namun untuk menarikan Tarian Karmapala, hanya dibutuhkan 17 orang," katanya.
Sementara, atraksi Barongsai dari Perkumpulan Kesenian Barongsai "Trisakti" Semarang, juga ikut memeriahkan acara yang berlangsung selama satu hari tersebut.
Ketua Perkumpulan Kesenian Barongsai "Trisakti" Semarang, Agus Mudjiono mengatakan, meskipun kesenian Barongsai berasal dari China, namun sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.
"Sebanyak 95 persen anggota kami adalah masyarakat pribumi, hal itu membuktikan bahwa kesenian Barongsai bukan hanya dimonopoli oleh etnis China," katanya.
Beberapa kesenian daerah lain, di antaranya Tari Angguk dari Wonosobo, Tari Soreng dari Kendal, serta tarian dari daerah Papua dan Batak juga ikut unjuk gigi dalam acara tersebut.
Kepala Humas Undip, Agus Naryoso mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan dan merevitalisasi kebudayaan asli Nusantara, terutama kesenian-kesenian daerah, agar dikenal luas oleh masyarakat.
"Upaya melestarikan kesenian daerah perlu terus ditingkatkan, agar kesenian daerah tidak punah," kata Agus.
Selain itu, katanya, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan peluncuran buku "Direktori Kluster Tenaga Ahli, Pemikiran Strategis Pembangunan Daerah".