Menurut keterangan dari Departemen Luar Negeri di Jakarta, Selasa, Indonesia yang tampil pada hari kedua menyajikan pertunjukan cerita Bima Suci dan Rama-Shinta.
Sebanyak 300 penonton terpukau menyimak figur wayang kulit dan 45 menit cerita pewayangan tersebut, terutama mereka yang baru pertama kali menyaksikan wayang dari dekat.
Penonton yang datang bukan hanya dari Hannover, tetapi juga dari kota-kota lain sekitar Jerman, seperti Braunsweig, Bremen, Hamburg dan Frakfurt.
Uniknya, penampilan wayang Indonesia bukan hanya ditampilkan oleh masyarakat Indonesia saja namun juga dari Jerman dan Amerika, yang kesemuanya tergabung dalam Sanggar Seni Margi Budoyo. Sanggar itu merupakan binaan Konsulat Jenderal RI di Hamburg (KJRI Hamburg).
Maharsi sebagai dalang dan pelatih gamelan dan tari KJRI Hamburg, diiringi sebelas pemain gamelan yang berasal dari tiga negara. Sedangkan dialog wayang menggunakan bahasa Jerman dipadu alunan lagu sinden Elly Event dan Maria Sri Kuchler.
Dalam sambutan pembukaannya, Frieder Paasche, ketua penyelenggara menyampaikan tentang jalan cerita singkat Bima Suci dan Rama Shinta selain memperkenalkan tokoh pewayangan yang akan ditampilkan.
Selain pertunjukan wayang kulit, pada kesempatan itu juga digelar pameran wayang kulit koleksi pribadi Heiko Schulz, seorang seniman Hannover yang memiliki lebih dari 400 buah wayang termasuk wayang golek.
Usai pertunjukkan, penonton juga berkesempatan untuk mencoba secara langsung wayang dan gamelan. Maharsi menuturkan, bahwa pertunjukkan wayang merupakan tontonan yang berisi tuntunan, karena banyak mengandung filsafat hidup yang berguna bagi kehidupan.
Festival tersebut diikuti oleh peserta dari beberapa kota di Jerman, antara lain, Hannover (tuan rumah), Trendelburg, Dusseldorf, Bochum serta Indonesia sebagai satu-satunya peserta dari luar Jerman.