Ilustrasi. (foto: istimewa/google)
Cuplikcom - Sahabat...
Dalam senandung kidung penuh kerinduan
Ku coba ingin menyapa sebuah nama...
Adakah ia menanti sapaanku itu ?
...atau justru sapaanku tak lebih sebuah coretan yang mengganggu...
Tapi...,tak lebih dan tak kurang...
Sapaan adalah sebuah jembatan silaturahmi yang termudah,
...untuk menunjukkan bahwa kita ada ikatan batin yang erat dengannya...
Meski ia jauh dan mungkin ia melupakannya
Tapi kita kan selalu ada...
Meski sebatas menatap jauh saat ia tertidur pulas
Kucoba juga merenungi,
Tentang jarak, ruang dan frekuensi...
Apakah sebuah persahabatan yang erat hanya akan terwujud oleh proses dan lamanya waktu...?
Adakah semua itu menjadi sebuah ukuran dan tolok ukur baku ?
Siapakah yang melakukan standarisasinya ?
Ataukah kita perlu me-redefine ukuran sebuah persahabatan....
karena ukuran lamanya waktu menjadi sangat relatif...,
...dibandingkan sebuah pengertian yang mendalam akan siapa kita ?
...ada sebuah perhatian yang intent terhadap pola hidup kita ...
...memahami sebagian persoalan hidup lahir dan bathin kita
Yang senantiasa hadir meski terlupa
Yang senantiasa menyapa...ntah kenapa...
adakah sebuah persahabatan harus dimulai dari suatu pertemuan ?
dan mungkinkah sebuah persahabatan yang baik bisa dibangun tanpa melalui sebuah pertemuan ?
adakah hati bisa menembus batas sektoral sebuah sekat panca indera ?
benarkah ada kemampuan lain dari indera keenam atau intuisi mampu menjebol lintas batas logika ?
ahhhh....nampaknya terlalu jauh tuk difikirkan...
Tapu selalu dekat di alam khayalan...
Jauh di ruang tempat...
Tapi selalu melekat di daya ingat...
Akankah sang waktu bisa menjawab,
Tatkala memberi kesempatan untuk berjumpa...
...yang selalu ingat meski di jarak yang jauh
...yang selalu menyapa meski di ruang hampa
Oleh : Dede Farhan Aulawi