Direktur RSA Ratu Ibu Bangkalan, dr Teguh Basuko Hadi menyatakan bahwa penyakit tersebut tidak bisa dirawat harus segera dirujuk ke Surabaya. Karena pihaknya tidak mempunyai sarana khusus, baik itu tempat atau dokter spesialis yang bisa melakukan tindakan medis.
"Saran kami segera dirujuk ke Surabaya (RS dr Soetomo). Biar segera ada tindakan medis," ujarnya, Kamis (26/3/2009).
Teguh berjanji akan membantu untuk proses rujuk, paling tidak dengan cara melakukan koordinasi dengan pihak RS dr Soetomo. Bila penyakit tersebut dibiarkan dan hanya dilakukan penyembuhan dengan penyembuhan alternatif, dia khawatir akan terus membebani pasien.
Soal masalah biaya, dia menyatakan bahwa dalam aturan yang ada, bila memang tergolong dari kalangan keluarga miskin dan memegang kartu Jamkesmas, besar kemungkinan akan ada jalan keluar dan tidak menutup kemungkinan akan ditanggung oleh pemerintah.
"Tapi akan dilihat dulu, apakah memang betul-betul keluarga miskin. Terlepas dari itu, kami tetap menyarankan agar segera dirujuk, demi masa depan si penderita," tegasnya.
Teguh menambahkan, beberapa tahun yang lalu, pihaknya juga pernah menangani masalah yang sama, termasuk adanya bayi yang lahir tanpa tempurung di kecamatan Kamal. Hasilnya, setelah diketahui dari keluarga tidak mampu, semua pembiayaan selama dirujuk, ternyata ditanggung oleh pemerintah.
"Kalau memang pihak keluarga berusaha mengurus dan berupaya, pasti akan ada jalan," tegasnya.
Terpisah, ayah penderita penyakit hydrochepallus, Yeri Purwanto (40), mengaku masih trauma dengan perlakuan yang didapat saat di RS dr Soetomo Surabaya. Pasalnya, dia sempat ditolak saat membawa anaknya untuk sekedar mendapat tindakan medis lebih lanjut. Di sisi lain, dia mengaku tidak mempunyai biaya untuk kebutuhan pengobatan."Kalau memang ada yang bisa menjamin, kami siap untuk merujuk. Tapi, akan dirembuk dengan pihak keluarga dulu," tegasnya.