Dipimpin pangempon Pura Mangku Gede Supriyono, ratusan umat melakukan persembahan bebanten (sesaji) hasil bumi kepada Sang Hyang Widi Wasa.
Menurut keterangan Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Parisada Hindu Darma Indonesia Ari Marjito, upacara Ngembak Geni merupakan rangkaian terakhir dari hari raya Nyepi.
"Setelah kita memadamkan api dalam Nyepi, dengan Ngembak Geni kita menyalakanya lagi. Ibaratnya kita menjadi manusia baru yang diharapkan bisa lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.
Dalam persembahyangan, pendita memerciki Tirta Kekuluh dan bija atau beras yang ditempelkan pada dahi setiap umat.
Air dan beras ini sebagai perlambang anugerah dari Sang Hyang Widi Wasa. "Dan untuk anugerah itu, sebagai rasa syukur kita persembahkan bebanten atau sesaji," terangnya.
Setelah upacara Ngembak Geni, umat Hindu melakukan acara Sima Karma atau dalam agama Islam semacam silaturahim, yakni saling mengunjungi rumah antar umat.
"Dalam kunjungan ini biasanya dilakukan dengan makan-makan," pungkasnya. Seperti diketahui acara Ngembak Geni yang dimulai sekitar pukul 06.30 WIB berakhir sekira 09.15 WIB.