GENPPARI) secara khusus berkunjung ke lokasi (Foto: istimewa)
Cuplikcom - Bandung - Sampah yang menumpuk dimana – mana sudah menjadi pemandangan biasa di banyak daerah di Indonesia, juga di beberapa negara berkembang lainnya.
Persoalannya bukan soal biasa atau luar biasa, tetapi harus ada langkah konkrit untuk menyelesaikannya. Cara mudah pembuangan sampah yang dilakukan selama ini hanya menggeser sampah dari satu lokasi ke lokasi lainnya, tanpa menyelesaikan akar persoalan yang sesungguhnya.
Lihat saja hasil penelitian Jenna R. Jambeck dari University of Georgia yang pada tahun 2010 saja ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Jumlah ini tentu bukan sekedar mengganggu pemandangan saja, tetapi pasti sangat berpotensi untuk mencemari kesehatan manusia dan kelestarian alam.
Di Indonesia sendiri diperkirakan ada sekitar 4 juta ton sampah plastik setiap tahunnya yang tidak bisa dikelola dengan baik. Siapa yang bertanggung jawab dan siapa yang memikirkan penyelesaiannya ?
Mendengar ada seorang tokoh masyarakat yang juga Ketua RW 06 yang bernama Toni Permana di daerah Padalarang Kabupaten Bandung Barat, Tim Khusus dari Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (GENPPARI) secara khusus berkunjung ke lokasi tersebut dan langsung menemui inisiator Bank sampah tersebut.
Tim GENPPARI yang hadir pada kesempatan ini dipimpin langsung oleh Ketua Umumnya Dede Farhan Aulawi yang didampingi oleh Kang Ify Sulaeman, The Lilis Hidayati dan pengurus lainnya.
Pada kesempatan tersebut Dede sangat mengapresiasi inisiatif, ide dan gagasan yang langsung dipraktekan oleh Toni yang juga menjabat selaku Ketua RW.
"Dan lebih bangga lagi saat mengetahui bahwa program inipun didukung oleh seluruh masyarakatnya yang secara sukarela bahu membahu mengumpulkan sampah plastik yang ada di sekitarnya," ujar Dede, Senin 28 Oktober 2019.
Dede juga berharap agar Pemerintah Daerah memberi dukungan yang diperlukan guna menunjang kelancaran program yang sangat baik ini.
"Apalagi produk – produk yang dihasilkan dari sampah plastik ini juga, diolah menjadi barang yang memiliki manfaat yang baik seperti Paving Block, Ubin dan cindera mata pariwisata yang berbahan dasar sampah plastik," ungkapnya.
Ia menjelaskan paving block dari sampah plastik ini sudah diuji coba juga memiliki kekuatan yang bagus. Begitupun jika dilihat dari pemasaran tidak dipersoalkan lagi, karena saat ini pun sudah ada beberapa orang yang membutuhkan sejumlah paving block karyanya.
"Persoalannya permintaan pasar ini belum bisa dipenuhi karena keterbatasan peralatan yang dibutuhkan, seperti mesin pencacah bahan baku plastik, melter dan molding-nya," kata dia.
Perkiraan kebutuhan modal senilai Rp80 juta rupiah untuk membeli mesin dan peralatan tersebut. Untuk itulah Dede berharap ada dukungan penuh yangsecara sungguh – sungguh memenuhi kebutuhan biaya pengadaan alatnya.
Dia berharap mudah – mudahan karya kreatif yang dilakukan oleh Ketua RW dan warganya ini, mendapat dukungan juga dari pihak – pihak lainnya termasuk pihak swasta yan tergerak hati dan fikirannya melihat berbagai persoalan sampah plastik ini.
"Di samping membantu menyelesaikan persoalan sampah plastik, kretaivitas ini juga bisa membenatu kesejahteraan masyarakat karena masyarakat yang terlibat dalam program inipun sudah mencapai ratusan orang," ujarnya.
"Ini pasti bukan proses mudah sekali jadi, melainkan proses panjang yang belajar dari kegagalan dan semangat untuk tidak mudah berputus asa," tegas Dede.
Dede mengajak mari dukung untuk mencari bantuan pemodalan dan juga upaya – upaya penyuluhan untuk membangun kesadaran kolektif dalam mengatasi masalah sampah.
"Sebagai komunitas pecinta pariwisata sudah barang tentu akan konsen dan berkepentingan untuk menjaga lingkungan yang bersih. Oleh karena itu sudah sepatutnya GENPPARI menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat, RT, RW dan para tokoh yang peduli dalam menjaga kebersihan lingkungan," tandasnya.