Hal inilah yang diprihatinkan salah satu capres Deddy Mizwar, yang ditemui di sela-sela pembukaan Pekan Film Indonesia 2009 di Jakarta, Senin (30/3).
Budaya transaksi itu terlihat dari apa-apa diselesaikan dengan transaksi. "Maju caleg transaksi dulu, ngurus ini dan itu transaksi dulu," kata Deddy yang juga aktor senior Indonesia.
Transaksi di sini dimaksudkan sebagai uang pelicin untuk memudahkan suatu urusan. Yang seharusnya terjadi, lanjutnya, adalah budaya transparasi bukan transaksi.
Sedangkan budaya transformasi, masih dari Deddy, terkait dengan pemimpin yang bisa mengarahkan rakyatnya pada satu tujuan. Tujuan itu memuat nilai-nilai universal seperti kebaikan, kesetaraan dan kebahagiaan.
"Itu fitrah (nilai dalam tujuan). Saat ini tata politik kita keluar dari fitrah. Dengan transformasi mari kita kembali ke fitrah," kata Deddy bersemangat.
Dengan demikian, menurut Deddy menjadi pemimpin itu tidak mudah. Jadi presiden itu harus mengurangi kenikmatan duniawi. "Kan namanya juga pelayan, bukan minta dilayani. Nah, kalau tidak siap seperti itu (mengurangi kenikmatan duniawi) bagaimana bisa memikirkan rakyat, "ungkapnya.
Saat ini, Deddy didukung oleh 13 parpol dalam upayanya maju sebagai capres. Ketiga belas parpol itu adalah PBR, Partai Merdeka, Partai Pelopor, Partai Kedaulatan, PPI, PPDI, PPRN, PDS, PNI Marhenisme, PPNUI, PMB, PIS, PPPI.
"Beberapa waktu ke depan saya diundang oleh 9 atau 10 parpol untuk ke Yogyakarta. Dan saya akan datang," pungkas Deddy.