Saat berlangsungnya kegiatan diskusi sastra dan pembacaan puisi oleh para pegiat seni Indramayu (Cuplikcom/Taufid)
Cuplikcom - Indramayu - Dewan Kesenian Indramayu (DKI) memperingati Hari Puisi Indonesia, dengan menggelar kegiatan diskusi sastra dan pembacaan puisi oleh para pegiat seni Indramayu yang dibuka untuk umum kepada seluruh masyarakat Indramayu.
Kegiatan tersebut diselenggarakan di Gedung Kesenian Mama Sugra Indramayu dengan tema PUISI YANG MENYATUKAN, menghadirkan Acep Syahril dan Supali Kasim selaku pembicara sekaligus pegiat sastra di Indramayu.
Menurut Acep Syahril, peringatan Hari Puisi Indonesia pada tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena dilaksanakan di tengah-tengah pandemi Covid-19 yaitu pada masa transisi menuju new normal/Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
"Dengan menyatukan puisi dalam berbagai aktivitas, kami menyuarakan berbagai perasaan mewakili kepanikan, ketakutan, keterpurukan, dan kejatuhan masyarakat Indonesia di tengah-tengah wabah Covid-19," ucap Acep Syahril.
Sambungnya, puisi dapat menyatukan pemikiran tentang sebuah persoalan dalam konteks Sosio-Kultural serta dokumentasi perjalanan peradaban manusia saat ini di tengah-tengah pandemi Covid-19.
"Lantas bukankah kekuatan kata yang diusung para penyair ini merupakan sebagai bentuk dukungan moril terhadap situasi pandemi," tutur Acep Syahril dalam sambutannya di Pagelaran Hari Puisi Indonesia di Gedung Kesenian Mama Sugra Indramayu, Minggu (26/7/2020).
Di tempat yang sama, Supali Kasim, yang merupakan salah satu pembicara di acara diskusi sastra pada peringatan Hari Puisi Indonesia yang diselenggarakan Dewan Kesenian Indramayu menyayangkan atas adanya kemunduran sebuah karya puisi di tengah kehadiran teknologi saat ini.
"Era teknologi informasi dan komunikasi memang telah menumbuh suburkan media sosial, demikian pula jumlah penerbitan buku. Di media sosial setiap hari atau setiap jam atau setiap menit pun bisa mengunggah puisi," ucapnya.
"Namun seakan-akan tak ada jaring, waring, atau alat saring sama sekali. Tumbuh suburnya penerbitan buku beriringan pula dengan longgarnya pengeditan buku," sambungnya.
Supali Kasim pun berharap, pagelaran sastra yang dilakukan Dewan Kesenian Indramayu dapat dilakukan secara rutin agar tidak terjebak sebatas formalitas Peringatan Hari Puisi.
"Saya kira jangan hanya terjebak pada formalitas kegiatan rutin tahunan, sebab harapan dari para peserta juga seperti itu, perlu adanya kajian lebih mendalam yang berkelanjutan," pungkasnya.
Sementara itu, salah satu audiensi, Nono Haryono, sangat mengapresiasi pagelaran peringatan Hari Puisi Indonesia yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Indramayu.
"Kegiatan ini perlu di apresiasi dan harapan kedepannya semoga kegiatan ini bisa menjadi rutin," tutur Haryono.