Ledakan Di Lebanon (Cuplik.com/ Ade Lukman)
Cuplikcom-Jakarta-Lebanon berduka. Dilansir dari The Guardian, ledakan besar yang terletak di Kota Beirut, Lebanon telah menewaskan 100 orang dan melukai lebih dari 4.000 orang.
Peristiwa ledakan di Beirut, Lebanon terjadi pada Selasa (4/8) pada pukul 18.10 waktu setempat. Terjadi dua ledakan yang hanya berselang beberapa menit antara ledakan pertama dengan yang lainnya.
Kronologi Ledakan Di Lebanon
Sebuah ledakan di Beirut, ibu kota Lebanon tertangkap kamera pada Selasa dan beredar luas di media sosial. Dari rekaman tersebut menunjukkan ada kepulan asap di dekat area pelabuhan kota, tak lama sebelum ledakan dahsyat terdapat awan asap yang lebih besar dan gelombang kejut di seluruh kota membuat seseorang yang merekam video tersebut terlempar.
Kedahsyatan Ledakan Di Lebanon
Pada ledakan yang pertama, api menyebar ke gedung terdekat kemudian memicu ledakan kedua yang lebih besar. Di Beirut, ledakan tersebut membuat penduduk yang berada di sekitarnya terlempar sejauh 10 kilometer. Bahkan Istana Baabda, kediaman Presiden Lebanon mengalami kerusakan pada pintu dan jendela di beberapa sayap istana.
Ledakan di Beirut, Lebanon tersebut menyebabkan gelombang seismik yang setara dengan gempa bumi berkekuatan 3,3.
Dilansir dalam Indian Express (5/8), Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri mengatakan Skala kerugian terlalu besar untuk dijelaskan dan kerugian terbesar adalah hilangnya banyak orang yang tewas dan terluka.
Penyebab ledakan di Lebanon kemungkinan disebabkan oleh bahan peledak yang disita, disimpan oleh pihak berwenang di dekat pelabuhan. Mayor Jenderal Abbas Ibrahim, Kepala Dinas Keamanan Umum Lebanon mengatakan kepada Kantor Berita Nasional bahwa "Bahan tersebut sangat mudah meledak, disimpan di dalam gedung." Katanya, bahan peledak ini disita oleh pemerintah bertahun-tahun lalu.
Kantor Berita Nasional juga melaporkan bahwa sumber ledakan diyakini adalah kebakaran besar di sebuah gudang di daerah tersebut. Setelah ledakan, beberapa penduduk setempat juga melaporkan ada awan oranye yang menggantung di atas kota tersebut.
Presiden Michel Aoun mengatakan setidaknya ada 2.750 ton amonium nitrat yang digunakan dalam pupuk dan bom yang disimpan di pelabuhan tanpa tindakan pengamanan khusus.
Akibat ledakan ribuan amonium nitrat tersebut, udara di Kota Beirut, Lebanon pun dilaporkan tercemar dinitrogen oksida (N2O) sebagai dampak dari ledakan amonium nitrat (N2H4NO3).
Dikutip dalam Live Science, amonium nitrat adalah senyawa kimia yang berwujud kristal putih dan dapat larut dengan air. Namun senyawa kimia ini dapat membahayakan jika terkena api atau minyak, karena bisa terbakar. Amonium nitrat dari zat padat bisa meledak menjadi gas dinitrogen oksida (N2O) dan uap air (H2O).
Kasus amonium nitrat bukan kali pertama terjadi. Beberapa kasus ledakan di beberapa negara juga menggunakan amonium nitrat. Ledakan yang terjadi pada tahun 16 April 1947 di dermaga yang berada di Texas City, AS ledakan terjadi akibat 2.300 ton pupuk. Hal ini karena rokok yang dinyalakan buruh di pelabuhan. Akibat hal tersebut setidaknya ada 581 orang tewas dan 3.500 orang lainnya luka-luka.
Dan di tahun 2002, Bom Bali yang menewaskan 202 orang juga menggunakan amonium nitrat sebagai bahan peledaknya.
Akibat peristiwa ledakan di Lebanon ini ada lebih dari 100 orang tewas dan lebih dari 4.000 orang terluka. Para pejabat negara pun mengatakan jumlah korban diperkirakan akan meningkat, karena petugas masih menyelamatkan orang-orang yang tertimbun puing-puing bangunan.
Ledakan besar di Lebanon itu telah menghasilkan gas nitrogen oksida (NO) dalam jumlah yang sangat besar. Gas NO merupakan salah satu polutan pencemar udara terutama di perkotaan yang bisa mengiritasi sistem pernapasan. Peningkatan kadar dalam jumlah sangat besar seperti yang terjadi di Beirut menurut Gabriel da Silva sangat membahayakan bagi orang yang memiliki masalah sistem pernapasan.
Sebelumnya, Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Tohari memastikan seluruh WNI dalam keadaan aman dan selamat, pihaknya mencatat terdapat 1.447 WNI, 1.234 diantaranya adalah Kontingen Garuda dan 213 merupakan WNI sipil termasuk keluarga KBRI dan mahasiswa yang ada di Lebanon.
"Sejauh ini WNI terpantau aman. KBRI telah mengimbau untuk segera melapor apabila berada dalam situasi tidak aman," kata Hajriyanto dalam keterangan tertulis kepada Cuplik.com, Rabu (5/8/2020).
Hajriyanto menyatakan telah melakukan komunikasi dengan pihak Kepolisian dan meminta laporan segera apabila ada update mengenai WNI dan sepakat akan segera menyampaikan informasi kepada KBRI.
Untuk diketahui, 1 (seorang) WNI yang sedang di karantina di RS Rafiq Hariri, Beirut, yang tidak jauh dari lokasi ledakan, juga sudah terkonfirmasi aman.
"Untuk saat ini 1 WNI yang memang dekat dengan lokasi ledakan terkonfirmasi aman," ucapnya.