Cuplik.com - BANDUNG, Curah hujan di awal Februari 2009 di Indonesia lebih tinggi dibandingkan satu bulan sebelumnya. Penyebabnya adalah meningkatnya aktivitas pembentukan awan aktif. Akibatnya, kemungkinan terjadi bencana alam yang dipengaruhi tingginya curah hujan akan meningkat.
Peneliti Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaludin, Senin (2/2) di Bandung, menyatakan, curah hujan di awal bulan atau minggu pertama bulan Februari 2009 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan Januari.
Hasil itu berdasarkan pengamatan tiga aktivitas cuaca, yaitu Dipole Mode, aktivitas La Nina, serta osilasi Madden Julian.
Kuatnya fenomena La Nina dan Dipole Mode negatif menyebabkan banyak awan dari Samudera Pasifik dan Hindia berkumpul di atas Indonesia, sedangkan osilasi Madden Julian membuat awan aktif dan menurunkan hujan. Aktivitas curah hujan tinggi ini baru mereda mulai minggu kedua Februari 2009.
"Mengenai besaran angka masih kami hitung lebih lanjut. Namun, dengan perkiraan peningkatan ketiga aktivitas di atas, kami yakin curah hujan yang turun lebih besar," katanya.
Dengan peningkatan ini, Thomas mengatakan agar daerah bencana di berbagai daerah, khususnya Jawa dan Sumatera, waspada. Baik banjir atau longsor, keduanya diperkirakan terus terjadi akibat tingginya curah hujan. Tingginya aktivitas curah hujan akan semakin menambah beban kondisi lingkungan buruk di banyak daerah.
"Pada bulan Januari 2009, terjadi banyak bencana alam akibat kondisi alam. Bila alam belum dibenahi, pada Februari kemungkinan terjadi bencana bisa lebih banyak," katanya.
Pakar Meteorologi Institut Teknologi Bandung, Army Susandi, kembali mengingatkan bahwa banjir besar diperkirakan menerjang Jakarta dan banyak daerah di Indonesia pada awal Februari 2009.
Peningkatan aktivitas ini, menurut Army, disebabkan perubahan pola pembentukan awan dan letak jatuhnya hujan akibat polusi udara. Partikel yang dihasilkan polusi udara di daerah utara mengikat awan yang seharusnya turun di selatan. Artinya, hujan yang biasanya turun deras di sekitar Bogor, Bekasi, dan Depok, terlebih dahulu justru jatuh di Jakarta. Curah hujannya mencapai 400 milimeter per bulan.
Menurut Army, aktivitas ini akan menimbulkan dampak besar, apalagi bila hujan, ditambah dengan rob air pasang, serta banjir kiriman kurang dari enam jam.
"Kejadian ini diperkirakan serupa terjadi di daerah lain di Indonesia dengan tingkat polusi tinggi. Khususnya tingkat hujan tinggi dan perubahan letak turunnya hujan," katanya.