Derai tawa riang anak-anak menggema dari sebuah kawasan outbound. Sesekali terdengar teriakan melengking. Apalagi ketika satu demi satu anak-anak yang rata-rata berusia enam hingga 12 tahun tersebut, mulai meluncur dari seutas tali yang menghubungkan sebuah tebing dengan pohon berukuran sedang di bawahnya.
Ya outbound telah menjadi bagian dari kegiatan anak yang menyenangkan. Walau terkesan rada takut, akhirnya anak-anak itu pun memberanikan diri menaklukkan beberapa tantangan dengan antusias. Permainan ini tak hanya memberikan kesenangan bagi buah hati Anda. Berbagai tantangan dalam permainan ini terbukti mampu membentuk kemampuan psikomotorik anak. Kemampuan yang berkaitan dengan gerak tubuh tersebut, tidak banyak diajarkan di sekolah-sekolah formal.
Howard Gardner dalam bukunya berjudul "Multiple Intellegences", mengatakan, setiap anak memiliki kecerdasan majemuk meliputi kecerdasan spasial visual, linguistik verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, kinestetik, dan logis matematis.
Dari tujuh macam kecerdasan tersebut, hanya beberapa yang menonjol, dan itu berbeda pada setiap anak. Karena kecerdasan bukan sesuatu yang dapat dilihat atau dihitung, melainkan tergantung pada pengalaman hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah maupun di tempat lain.
Karena setiap anak memiliki potensi berbeda, seharusnya proses pengajarannya juga berbeda. Dalam ilmu psikologi dikenal dengan prinsip individual differences atau pada dasarnya setiap orang memiliki keunikan masing-masing.
Keunikan masing-masing anak tidak akan menonjol di sekolah dasar konvensional, yang pada umumnya hanya fokus pada aspek kognitif, yaitu kemampuan penalaran otak. Tidak jarang murid yang tidak memiliki keunggulan kognitif, dianggap anak bodoh. Akibatnya si anak menjadi minder, padahal belum tentu pada kegiatan lain, anak seperti ini tidak unggul, bahkan bisa jadi berprestasi lebih bagus.
Peran sekolah sangat dibutuhkan untuk melihat potensi dan membantu mengembangkan potensi anak. Dengan begitu, si anak mampu mengaktualisasikan kemampuan diri. Kemampuan anak tersebut hanya dapat terlihat dalam outbound atau memberikan tantangan fisik dalam setiap permainan.
"Tidak banyak sekolah yang memberikan pendidikan yang mengarah pada perkembangan gerak tubuh anak. Namun, perkembangan itu bisa didapatkan dengan mengikutkan anak pada program-program outbound yang menarik ketika libur," kata pengajar sekolah dasar di Jakarta Pusat, Widia Chandra.
Anak-anak yang telah beberapa kali mengikuti outbound atau tantangan fisik lewat permainan-permainan yang menyenangkan, di sekolah menjadi lebih gembira, lebih lincah, dan memiliki pengertian terhadap teman-teman sekolahnya.
"Dengan tantangan lewat outbound, anak diajarkan untuk mandiri memecahkan kesulitan sehingga anak terlatih untuk mandiri, tidak cengeng dan percaya pada kekuatan diri sendiri," tutur Widia.
Kemampuan anak untuk mempercayai kekuatan dirinya sendiri, menurut wanita berjilbab ini, terlihat dalam keseharian anak di sekolah. "Kadang-kadang jiwa kepemimpinan dari si anak muncul lewat outbound," akunya.
Bukan hanya pendidik yang diuntungkan dengan program outbound yang mampu membentuk sisi positif bagi perkembangan anak, tapi anak-anak sendiri, menjadi sadar dan yakin akan kemampuan diri sendiri. "Awal-awal ikut outbound, aku sama sekali takut. Namun, setelah mencoba satu kali, lama-kelamaan jadi terbiasa," kata peserta outbound Alvien Budi Putra.
Lebih lanjut ditambahkan siswa SD kelas lima tersebut, selain bisa menikmati permainan menantang dalam outbound yang menarik dari paket tersebut adalah biaya yang tergolong murah. "Untuk satu hari waktu itu aku bayar Rp100.000. Rasanya sangat menyenangkan," sebut Budi.