"Ya, saya pikir memang SBY itu cenderung lebih bersih dari Prabowo yang pernah tersandung kasus HAM. Tapi peluang Prabowo masih cukup terbuka untuk bersaing dengan SBY," kata Wakil Direktur Pusat Studi Masalah-Masalah Militer (PSM3) Osrifoel Oesman kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (5/4).
Menurutnya, walaupun SBY cenderung lebih ‘bersih’, namun isu pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo pada masa lalu tidak akan cukup berpengaruh bagi pemilihnya saat ini yang mayoritas pemilih muda.
"Saya pikir golongan muda tidak akan berfikir tentang pelanggaran HAM. Tapi lebih ke program ekonomi kerakyatan Prabowo itu bisa mempengaruhi atau tidak. Program itu cukup bisa diandalkan," ujarnya.
Oesriful mengatakan, melihat dari kekuatan politik yang dimiliki Gerindra sebagai partai pendukung Prabowo, peluang mantan Danjen Kopassus itu untuk bersaing dengan SBY cukup besar. "Kalau sampai Gerindra bisa masuk dua besar, itu prestasi bagi Prabowo," ungkapnya.
Namun, sambungnya, melihat jarak waktu antara pemilu legislatif dan pilpres relatif cukup berdekatan, maka Prabowo akan membutuhkan perjuangan yang besar.
"Untuk memenangkan pertempuran dengan incumbent itu butuh waktu yang banyak. Sementara waktu yang ada itu kurang bagi Prabowo untuk mencitrakan diri lebih baik dari SBY. Prabowo butuh perjuangan besar," imbuhnya.