Vaksin Covid-19 (cuplikcom/Fanny Nurul Hotimah)
Cuplikcom-Jakarta-Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan untuk menyanggupi untuk menggratiskan Vaksin Covid-19 bagi masyarakat. Hal itu disampaikan Presiden dalam keterangan pers via Youtube Sekretariat Presiden, Jakarta, Rabu (16/12/2020).
"Setelah menerima banyak masukan dari masyarakat dan kalkulasi ulang, hitung ulang mengenai keuangan negara, saya sampaikan vaksin Covid-19 ke masyarakat gratis," ujarnya.
Jokowi pun memerintahkan kepada seluruh jajaran kabinet dan pemerintah daerah memprioritaskan program vaksinasi pada tahun anggaran 2021.
Target masyarakat vaksinasi yang dipatok pemerintah adalah mereka yang berusia 18-59 tahun. Menurut pemerintah, ada 160 juta orang yang berada di rentang usia itu. Apabila total penduduk Indonesia tahun ini mencapai 270 juta jiwa, maka target usia vaksinasi hanya menjangkau 59,2% saja dari total populasi penduduk RI.
Lebih lanjut, pemerintah mematok 60% dari total 160 juta penduduk berusia 18-59 tahun yang akan menerima vaksin Covid-19 dengan status Emergency Use Authorization (EUA) pada 2021. Artinya hanya hanya ada 107 juta orang yang bakal mendapat vaksinasi tahun depan.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Jumat (18/12/2020), dalam panduan dari WHO dan mempertimbangkan jenis vaksin Covid-19 yang tersedia, rata-rata setiap orang membutuhkan dua dosis atau dua kali suntikan vaksin.
Dengan asumsi tingkat pemborosan maksimal mencapai 15%, maka total vaksin yang dibutuhkan untuk mengimunisasi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali mencapai 580,5 juta dosis.
Namun jika menggunakan target sebanyak 160 juta jiwa yang masuk kategori usia 18-59 tahun maka total vaksin yang dibutuhkan mencapai 344 juta dosis.
Pada awal Oktober dalam lawatannya ke China, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun, dan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir berhasil mengamankan pengadaan vaksin dari tiga produsen.
Dari tiga produsen vaksin China, Indonesia sudah mendapatkan komitmen 18,1 juta dosis vaksin tahun ini. Rinciannya: Cansino 100 ribu dosis vaksin (single dose), G42/Sinopharm menyanggupi 15 juta dosis vaksin (dual dose) dan Sinovac 3 juta dosis vaksin.
Sinovac juga menyanggupi pengiriman 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, seperti dikutip Selasa (10/11/2020).
Untuk tahun depan sudah diamankan 195 juta dosis vaksin, Sinopharm 50 juta (dual dose), Cansino 20 juta (single dose), Sinovac 125 juta (dual dose). Single dose artinya satu orang hanya membutuhkan 1 dosis vaksinasi, sementara dual dose membutuhkan 2 kali vaksinasi untuk satu orang.
Dari kunjungan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir ke Inggris pada pertengahan Oktober, Indonesia berhasil mengamankan 100 juta dosis vaksin dari AstraZeneca. Vaksin ini akan datang pada semester I-2021 secara bertahap.
Sehingga secara total seharusnya sudah ada 313 juta dosis vaksin yang diamankan atau mencukupi untuk 156,6 juta masyarakat Indonesia atau 146 juta orang jika memperhitungkan adanya tingkat pemborosan. Sekitar 92%-98% dari target 160 juta orang yang dipatok pemerintah.
Namun kenyataannya yang telah tiba sampai saat ini adalah vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Vaksin yang dinamai CoronaVac tersebut tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada 6 Desember lalu. Totalnya ada 1,2 juta dosis yang sekarang disimpan di PT Bio Farma (Persero). RI masih menunggu 1,8 juta dosis sisanya lagi.
Belum ada perkembangan terbaru terkait kerja sama dengan Sinopharm maupun CanSino Biologics.
Setiap pengembang vaksin Covid-19 mematok harga yang berbeda-beda untuk produknya. Sementara ini vaksin AstraZeneca masih merupakan yang termurah dengan harga per dosisnya mencapai US$ 3-4. Sedangkan untuk yang termahal adalah Sinopharm yang mencapai US$ 144 per dosisnya.
Untuk kasus vaksin AstraZeneca, pemerintah disebut bakal merogoh kurang lebih US$ 500 juta untuk memperoleh 100 juta dosis vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris tersebut. Artinya untuk 1 dosis harganya US$ 5.
Asumsikan untuk Sinovac harganya di pasar adalah CNY 200 atau setara dengan US$ 31 saat ini. Maka total anggaran yang harus dirogoh oleh pemerintah jika menggunakan harga pasaran adalah US$ 3,97 miliar. Menggunakan asumsi kurs Rp 14.000/US$ maka biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 55,6 triliun.
Tentu saja ini masih menggunakan asumsi yang sangat sederhana tanpa mempertimbangkan bahwa lebih banyak vaksin Covid-19 Sinovac yang lebih banyak dikirim dalam bentuk bulk untuk kemudian diproses lebih lanjut oleh perusahaan farmasi pelat merah nasional Bio Farma.
Sampai saat ini CanSino Biologics juga belum mengungkapkan patokan harga vaksin buatan mereka. Sementara untuk Sinopharm kabarnya vaksin yang mereka kembangkan tidak akan mencapai CNY 1.000 untuk dua dosis atau dengan kurs saat ini mencapai US$ 77/dosis.
Apabila Indonesia sudah memesan total 65 juta dosis vaksin Sinopharm dengan harga pasaran maka total anggaran untuk memboyong vaksin China itu mencapai sebesar US$ 5 miliar (Rp 70 triliun).
Setidaknya pasokan vaksin dari ketiga pengembang tersebut mencapai 293 juta dosis yang cukup untuk kurang lebih 147 juta masyarakat RI (92% dari target 160 juta orang). Total anggaran yang harus dirogoh mencapai US$ 9,37 miliar atau setara dengan Rp 131,2 triliun.
Apabila anggaran belanja pemerintah tahun lalu mencapai Rp 2,4 kuadriliun (Rp 2.400 triliun) maka total anggaran yang dibutuhkan untuk vaksin Covid-19 mencapai 5,5% dari total belanja negara. Apabila target cakupan penerima vaksin juga ditambah serta diperluas maka anggarannya akan lebih besar lagi.
Anggaran tersebut baru anggaran untuk pengadaan vaksin, belum termasuk biaya logistik dan transportasi serta pelaksanaan program imunisasi massal. Tentu perkiraan di atas sangatlah kasar dan sederhana karena tidak mempertimbangkan adanya diskon karena pembelian dalam jumlah yang masif.