Analis Panca Global Securities Betrand Raynaldi mengatakan pergerakan saham BUMI ikut terpengaruh laporan keuangan BNBR. Menurutnya, BNBR mengeluarkan laporan keuangan dengan kekeliruan angka nominal dari minus Rp 16 triliun menjadi minus Rp 15 triliun.
Perdebatan pun muncul apakah akibat kesalahan auditor atau kesalahan ketik. Menurut Betrand, hal ini menimbulkan pertanyaan di benak investor. Jika hal itu terjadi pada BNBR, apakah mungkin terjadi juga pada BUMI.
“Investor bertanya-tanya apakah laporan keuangan yang dikeluarkan memang bermasalah atau ada faktor lain. Ini menjadi sentimen buruk bagi BUMI,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (7/4).
Hingga penutupan perdagangan, saham BUMI ditransaksikan menguat 10 poin ke level Rp 920 dengan harga terendah pada level Rp 890 dan harga tertinggi pada posisi Rp 920. Sedangkan volume transaksi mencapai 259,7 juta lembar saham dan nilai transaksi mencapai Rp 117,2 miliar.
Saham emiten pertambangan bergerak melawan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penguatan BUMI ini seiring kabar bahwa Masyarakat Profesional Penilai Independen (Mappi) meminta waktu dua bulan untuk mengkaji ulang harga wajar akuisisi senilai Rp 6,191 triliun terhadap PT Dharma Henwa (DEWA), PT Pendopo Coal dan PT Fajar Bumi.
Saat ini BEI sedang melakukan negosiasi harga sewa jasa dengan MAPPI. Aksi ini didukung Kumpulan Investor Pemegang Saham (KIPS) BUMI, yang berharap penilaian Mappi dapat menjelaskan dugaan selama ini kalau akuisisi terlalu mahal dan terjadi konflik kepentingan.
Sebelumnya Bursa Efek Indonesia (BEI), menyatakan ketidakpuasannya atas penjelasan BNBR mengenai kesalahan ketik dalam laporan keuangan audit 2008 yang tergolong materil.
Sebelumnya, BNBR melakukan revisi atas laporan keuangan 2008, yakni rugi atas penjualan saham di anak usaha bertambah Rp 200 miliar (Rp 17,3 triliun) dan rugi bersih perusahaan asosiasi Rp 1 triliun.
Dengan demikian rugi bersih perseroan tercatat Rp 15,8 triliun, berkurang dibandingkan dengan laporan sebelumnya yang sebesar Rp 16,6 triliun. Untuk memuaskan BEI, BNBR menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap akan keluar setelah dilaporkan ke Bapepam-LK.
Menurut Senior Vice President Investor Relation BNBR, Dileep Srivastava, perseroan merevisi laporan keuangan pada pos kerugian bersih yang sebelumnya Rp 16,62 triliun menjadi Rp 15,86 triliun.
"Pendapatan dari associate Rp 1,58 triliun tidak ikut dimasukkan kemarin, bukan Rp 0,58 triliun," papar Dileep. Ia mengungkapkan angka tersebut didapatkan perseroan dari besarnya pendapatan operasi Rp 1,25 triliun, ditambah pendapatan dari anak perusahaan.
Dileep juga menyatakan, sebetulnya kinerja BNBR selama 2008 sangat baik jika tidak terjadi krisis keuangan global yang menyebabkan perusahaan harus menyelesaikan utangnya dengan rasionalisasi aset dan inducting mitra strategis serta terpaksa menjual beberapa collateral asetnya.
"Kinerja BNBR sebetulnya sangat kuat," tuturnya. Untuk 2009, Dileep mengatakan pihak BNBR sangat optimistis dapat mencatat kinerja lebih baik dari tahun lalu. Hal itu didasarkan pada fundamental bisnis inti perseroan yang sangat kuat.