Kukuh Ribudiyanto, Kepala Subbidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam edaran berisi peringatan dini mengatakan, wilayah Jabodetabek dan sebagian kawasan bagian barat Indonesia berpotensi diguyur hujan lebat sepanjang Kamis (9/4) hingga Sabtu ini.
”Ada indikasi aliran massa udara dari Samudra Hindia yang dapat memberikan pengaruh cukup dominan terhadap pola cuaca di wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian barat, sehingga potensi hujan menjadi tinggi kembali,” kata Kukuh Ribudiyanto, Jumat.
Selain adanya aliran massa udara, terdapat tiga faktor lain yang memengaruhi munculnya hujan, yaitu adanya daerah bertekanan rendah di Samudra Hindia sebelah barat daya Sumatera, geseran angin (wind shear) horizontal di Samudra Hindia sebelah barat daya Sumatera, serta aktivitas konvektif di seluruh wilayah Indonesia. Keempat faktor itu dapat memicu hujan lebat yang disertai petir, angin kencang, atau hujan es meskipun terjadi dalam waktu singkat.
Subbidang Meteorologi Publik BMKG juga mengumumkan cuaca yang kurang lebih sama masih akan terjadi sepanjang Sabtu (11/4) hingga Senin mendatang.
Hujan lebat, kata Kukuh, pada umumnya mulai mengguyur pada siang atau sore hingga dini hari. Banyaknya curah hujan memungkinkan munculnya potensi terjadi banjir kiriman dari Puncak dan Bogor ke sebagian wilayah Jakarta. Angin kencang juga berpotensi merobohkan pohon atau papan reklame dan bangunan tinggi, seperti menara telepon, yang tidak disangga oleh fondasi kuat.
293 pola iklim
Hingga Jumat kemarin, suasana di sebagian besar Jakarta masih kelabu. Mendung tebal menyelimuti hingga pukul 08.00. Pada pukul 09.00 hingga pukul 12.00, matahari terlihat sebentar sebelum tertutup mendung lagi.
Namun, menurut Kukuh, hujan yang semakin sering turun masih dalam kategori normal. Prakiraan BMKG menyatakan, musim kemarau di DKI akan dimulai pada pekan kedua atau ketiga April ini.
Ali Mas’at dari Bagian Informasi Iklim BMKG menambahkan, yang terjadi saat ini hanyalah salah satu dari 293 pola iklim di Indonesia. Sebanyak 220 zona merupakan zona musim, yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, serta 73 pola lainnya adalah nonzona musim, yaitu tidak memiliki kejelasan perbedaan periode musim kemarau dan hujan.