Selain itu, ke-16 pemimpin negara peserta akan mendesak sebuah mekanisme untuk mendeteksi pertanda awal krisis ekonomi dan mempersiapkan zona perdagangan bebas mulai dari China hingga Australia.
Rancangan komunike pertemuan itu akan memperlihatkan bahwa penurunan perekonomian dunia akan menjadi agenda utama dalam pertemuan para pemimpin dari kawasan Asia itu.
”Mengingat bahwa Asia memiliki peran penting sebagai pusat pertumbuhan global, kami menyadari perlu dilakukan langkah tepat dan terkoordinasi untuk melawan krisis finansial dunia,” demikian salah satu pernyataan itu.
Pernyataan lengkap mengenai pertemuan itu akan diumumkan pada Minggu besok setelah para pemimpin dari ASEAN bertemu dengan rekannya dari China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru di bawah payung KTT Asia Timur. Khusus pada Sabtu ini, para pemimpin ASEAN hanya akan bertemu dengan China, Jepang, dan Korea serta menyerukan kebijakan yang terkoordinasi dan komprehensif untuk melawan penurunan ekonomi global ini.
Salah satu butir pernyataan itu menyebutkan, negara-negara Asia telah mengucurkan stimulus untuk membantu perusahaan dan individu mengatasi penurunan perekonomian ini. Akan tetapi, diakui pula bahwa langkah ini tidak cukup tanpa sistem finansial yang stabil untuk membuat pertumbuhan stabil. Para pemimpin Asia juga akan mendukung dana cadangan sebesar 120 miliar dollar AS untuk membantu negara-negara yang menderita karena serangan spekulatif para pelaku pasar.
Rincian mengenai penggunaan dana itu akan dikumpulkan dari cadangan devisa dan diharapkan dapat lebih ditekankan pada pertemuan para menteri keuangan Asia di Bali, Mei mendatang.
Para pemimpin juga akan menyerukan perlunya lembaga pengawas independen. Tugasnya mengawasi bibit-bibit krisis dalam kawasan dan di tempat lain.
Protes
Sekitar 5.000 pemrotes anti-Pemerintah Thailand mengalihkan fokus mereka ke KTT Asia Timur di Pattaya. Mereka berhasil menerobos garis pengamanan dan berkerumun di depan pintu masuk lokasi pertemuan.
Semula, pemrotes yang merupakan pendukung mantan PM Thaksin Shinawatra mengancam akan memblokir akses ke lokasi pertemuan puncak 16 kepala negara itu, tetapi membatalkannya. Aksi protes pun berjalan damai.
”Kami datang bukan untuk menghentikan pertemuan, tetapi untuk bergabung dengan KTT guna mewakili rakyat Thailand karena Abhisit tidak bertanggung jawab atas hak kami,” kata Arismun Pongreungrong, salah seorang pemimpin protes.
Pemrotes, yang juga dikenal sebagai kelompok Kaus Merah, menuding Abhisit berkuasa secara tidak sah. Mereka menuntut pembubaran parlemen dan pemilu dini.
Analis menilai, jika pemrotes mengganggu jalannya KTT, hal itu akan menghancurkan citra pemerintah di mata internasional. ”Strategi seperti itu akan membuat pemerintah lebih sulit mengabaikan tuntutan pemrotes,” kata Prapas Thepchatree, Direktur Studi ASEAN di Thammasat University, Bangkok.