Ilustrasi self-harm yang tidak patut untuk ditiru (cloudinary.com)
Cuplikcom - Indramayu - Self-harm masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Anggapan bahwa self-harm hanya aksi untuk mencari perhatian, tidak tahu rasa bersyukur terhadap hidup, atau sesuatu yang menakutkan turut menjadi alasan. Padahal, bisa saja diantara kita, atau bahkan diri kita sendiri pernah melakukan, lalu merasa bingung untuk terbebas dari self-harm. Menyakiti diri dapat dilakukan secara fisik seperti menyayat, mencakar, memukul, menggigit, membenturkan kepala ke dinding, menarik rambut, menelan sesuatu yang berbahaya, atau overdosis zat tertentu. Menyakiti diri juga dapat dilakukan dengan cara halus seperti tidak memperhatikan kondisi fisik, tidak memedulikan kebutuhan emosional, atau menempatkan diri pada situasi yang berbahaya. Ada berbagai macam alasan yang melatarbelakangi terjadinya self-harm. Alasan tersebut pun adalah persoalan personal bagi setiap orang.
1. Pengaruh masa kecil
Ada yang sejak kecil tidak dibolehkan untuk merasakan emosi negatif, seperti sedih, sakit dan kecewa. Ketika merasakan emosi negatif itu, ia malah akan diejek, dimarahi atau tidak diakui sebagai anak. Pernyataan misalnya, "kamu gak boleh nangis, kalau nangis tandanya lemah, bukan anak mama." atau "ayo harus kuat, masa kayak gitu aja udah sakit." Tanpa disadari, ajaran seperti itu di waktu kecil membuat seseorang menjadi tidak terbiasa untuk mengeluarkan emosi, terutama emosi negatif ketika hal buruk terjadi.
2. Sulit mengekspresikan emosi
Tidak semua orang dapat mengenali dan mengekspresikan emosi. Tidak semua orang terbiasa untuk memahami emosi yang sedang dirasakan dan membiarkan berlalu begitu saja. Akhirnya, ketika tiba di suatu kondisi yang sulit dan berat untuk dilewati, self-harm menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan karena sulit rasanya mengungkapkan beban berat yang dirasakan melalui kata-kata.
3. Pengaruh pandangan terhadap diri
Seseorang yang merasa rendah diri (self-esteem rendah) atau membenci dirinya sendiri melihat self-harm sebagai pengalihan atas emosi yang dirasakan, seperti marah, benci, jijik, sepi dan tertekan. Ketika ia menyakiti diri sendiri, maka akan merasa lebih lega karena telah mengalihkan emosi-emosi tersebut pada sakit fisik yang dirasakan.
4. Menghukum diri sendiri
Sebagian orang menyakini bahwa telah melakukan kesalahan (bahkan mungkin kesalahan itu belum dilakukan) dan merasa mereka pantas untuk menderita.
Beratnya rasa sakit, beban hidup, serta kesulitan yang dialami seseorang menjadi alasan di balik terjadinya self-harm. Semoga bermanfaat.