Ilustrasi reaksi psikologis seseorang (halodoc.com)
1. Penyangkalan
Kamu tahu bahwa apa yang kamu lakukan salah atau merugikan tetapi kamu menggunakan berbagai alasan supaya hal tersebut bisa diterima, misalnya jika kamu kecanduan rokok, daripada mengakui dan mengubah kebiasaan tersebut, kamu justru menyangkal adanya masalah dengan berpikir, “Aku kan cuma merokok kalo lagi stres berat aja.”.
2. Represi
Kamu memilih untuk melupakan atau tidak mau mengakuinya sama sekali. Misalnya saat kamu kehilangan orang yang sangat dekat, daripada menerima kenyataan dan merasa kesepian, kamu justru menganggap bahwa orang itu masih hidup.
3. Regresi
Kondisi psikologi mundur kembali ke masa-masa kecil dahulu. Contohnya ketika kamu sehabis putus cinta, kamu tidak mau keluar kamar sama sekali dan hanya mau meringkuk seharian di tempat tidur sambil memeluk boneka kesayangan.
4. Rasionalisasi
Kamu mencoba merasionalisasikan pikiran perkataan dan perbuatan yang kamu tahu sebenarnya salah. Misalnya saat kamu selalu datang terlambat ke kantor dan akhirnya ditegur oleh atasan. Untuk menghindar dari rasa bersalah atau malu kamu beralasan bahwa rumahmu jauh dari kantor dan selalu terjebak macet. Meskipun kamu sebenarnya bisa berangkat lebih pagi dari biasanya supaya tidak terlambat, tapi kamu selalu bangun kesiangan.
5. Proyeksi
Kamu memproyeksikan perasaan negatif kepada orang lain. Misalnya kamu sebenarnya belum yakin sepenuhnya dengan pasanganmu, tapi kamu takut meninggalkannya. Untuk itu, kamu justru memproyeksikan pelampiasan ini pada sahabat dengan menuduhnya tidak mendukung hubunganmu.
6. Sublimasi
Kamu melampiaskan emosi negatif pada hal-hal yang positif. Misalnya kamu baru saja bertengkar hebat dengan pasangan. Untuk melepaskan amarah karena kesalahan, kamu mencari kegiatan yang berguna misalnya memotong rambut. Meski kesannya positif, kamu sebenarnya haus untuk meluapkan perasaan ingin menghancurkan atau merusak sesuatu.
7. Pengalihan
Kamu menjadi objek yang bisa jadi sasaran luapan emosi negatif. Misalnya saat kamu gagal memenuhi target kerja, kamu akan pulang kerumah membawa kekecewaan tersebut dan jadi bertindak kasar dengan membanting pintu, membentak anggota keluarga, atau menyetir kendaraan dengan ugal-ugalan.
Mekanisme pertahanan diri berfungsi untuk menghalau perasaan yang tidak menyenangkan atau supaya kejadian dan pengalaman yang tidak menyenangkan jadi terasa lebih baik. Namun emosi tersebut tidak benar-benar hilang dari benakmu. Kamu hanya bisa menekan atau mengesampingkan nya saja. Oleh sebab itu mekanisme pertahanan diri bukanlah sebuah cara untuk menyelesaikan masalah melainkan semata-mata reaksi alami jiwa terhadap masalah.