Terkadang, perayaan Paskah bisa begitu aneh, terutama dalam tradisi memperingati pekan suci. Hal terunik yang tak begitu diketahui dunia adalah Penyihir Paskah (Easter Witches). Di Swedia dan beberapa bagian dari Finlandia, pada hari Kamis dan Sabtu sebelum Paskah diadakan semacam perayaan Halloween mini.
Tradisi turun temurun ini tak jauh beda dengan cara merayakan Halloween, anak-anak bermain trick-or-treat dan mengetuk pintu tetangga dengan berbagai kostum lucu. Tahun ini tradisi itu masih dijalankan, ditambah dengan pesta kembang api yang meriah hingga Minggu (12/4).
Lain lagi di negara Benua Hitam, Ethiopia yang penduduknya menganut Kristen Ortodoks. Mereka merayakan Paskah sepekan atau dua pekan setelah gereja Barat karena masih mengikuti penanggalan ortodoks.
Paskah atau Fasika, ditandai dengan berpuasa memakan daging dan produk sehari-hari selama delapan pekan. Tentunya misa panjang masih diadakan, dari pagi hingga sore.
Kelinci Paskah menjadi simbol Hari Raya umat Kristen dan Katolik itu di Amerika. Adat itu merupakan warisan dari festival kaum Anglo-Saxon. Kelinci dipilih karena lucu dan simbol kesuburan. Sesuatu yang identik dengan Paskah di Amerika ketika imigran Jerman membawa kisah telur mistik kelinci dari tanah air mereka sejak 1700-an.
Meski demikian, penduduk the ciry that never sleeps New York, memiliki cara unik. Mereka percaya, mengenakan pakaian bagus pada saat Paskah, akan membawa keberuntungan sepanjang tahun. Sejak 1800-an, New Yorkers kelas atas berparade di Fifth Avenue dan memamerkan pakaian spektakuler yang mereka miliki.
Lain lagi di Inggris, Paskah dirayakan dengan berbagai macam roti enak yang dipanggang secara tradisional pada Jumat Agung. Berbagai macam buah-buahan dan bumbu mendampingi roti-roti yang identik dengan Yesus ketika Perjamuan Akhir.
Seberang Atlantik, tepatnya di Rusia, telur-telur Faberge bukan sekadar hadiah khas Paskah biasa. Sejarah mencatat, Tsar Alexander III sibuk mencari hadiah Paskah untuk istrinya, Maria Feodorovna. Ia menghubungi pembuat perhiasan Peter Carl Fabergé yang membuat telur-telur emas yang dilapisi warna putih.
Saat dibuka, terlihat kuning telur yang terbuat dari emas dihiasi rubi. Rakyat yang berpendapat sang raja sangat romantis mulai melakukan hal yang sama. Fabergé langsung laris manis, hingga monarki Rusia jatuh pada 1917 dan ia berhenti membuat telur-telur itu.
Di Amerika Latin, perayaan Paskah tak seromantis Rusia. Bukannya bergembira dan relijius, beberapa negara di kawasan itu merayakannya dengan penuh kekerasan. Mereka memiliki tradisi yang disebut Burning of the Judas. Sebuah boneka yang merepresentasikan pengkhianat diarak dan dibakar atau diledakkan dalam kembang api.
Beberapa tahun terakhir, boneka itu tak hanya Judas lagi. Namun juga sejumlah politisi yang dibenci rakyat atau pebisnis yang suka menipu. Tahun lalu di Venezuela, ‘Judas’ yang mewakili Exxon dibakar karena sengketa rakyat dengan raksasa minyak itu. Tradisi ini juga dirayakan di sebagian Yunani dengan lebih ekstrim.
Pada 2005, Deplu AS memprotes Yunani karena tradisi tahunan Paskah mereka yang dikenal dengan burning of the Jew. Kabarnya, publik Yunani yang melakukan hal itu meresponnya dengan, “masa bodoh dengan kalian.”
Di Bermuda, pada Jumat Agung langit dipenuhi dengan layang-layang. Menurut legenda yang dikisahkan kepada anak-anak, hal itu merepresentasikan naiknya Yesus Kristus ke surga. Mereka menggambar Yesus di layang-layang itu, seolah mengantarnya ke surga.
Bagaimanapun, simbol paling identik dengan Paskah adalah telur. Di berbagai tradisi kuno manapun, telur merupakan simbol awal dari kehidupan. Pada abad pertengahan, telur merupakan yang pertama dimakan, setelah berpuasa.
Sedangkan awal kebudayaan mewarnai telur bermula dari umat Kristen Yunani dan Suriah. Mereka melakukannya untuk mewaikili darah Yesus. Budaya itu sampai ke Amerika dibawa oleh imigran Jerman dan Austria.