Usai pesta demokrasi digelar, putri sulung Bung Karno ini memang giat melakukan aksi politik. Mulai dari menerima elit politik hingga menyambangi tokoh-tokoh nasional. Sebut saja capres Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto ataupun mantan presiden Abdurrahman ´Gus Dur` Wahid adalah beberapa di antara figur politik yang ditemuinya.
Dan, Selasa (14/4) ini, Mega mengumpulkan satu-persatu para tokoh itu di kediamannya, Jl Teuku Umar, Jakarta Pusat. Sultan Hamengku Buwono, Rizal Ramli dan Ketua Umum PBR Bursah Zarnubi juga digandeng Ketua Umum PDIP ini. Hasilnya, para elit yang dikumpulkan Mega menyepakati beberapa hal.
Pertama, Pelaksanaan Pemilu Legislatif 9 April 2009 adalah pemilu terburuk sejak Reformasi. Pemilu sangat jauh dari pemilu yang jujur, bermartabat, adil dan demokratis. DPT bermasalah telah mengakibatkan jutaan warga negara kehilangan hak konstitusi untuk memilih wakil rakyatnya. Hak memilih adalah hak asasi manusia yang dijamin UUD 1945. Pengabaian terhadap hak memilih berarti melanggar hak konstitusi.
Kedua, Pelaksanaan pemilu legislatif telah diwarnai banyak kecurangan dan kesalahan-kesalahan administrasi dan substansi yang sistemik, sehingga mengakibatkan buruknya kualitas pemilu. Pemerintah, KPU maupun KPUD telah bersikap tidak netral dalam pelaksanaan pemilu legislatif. Mendesak aparat yang berwenang untuk menindak intervensi perangkat penyelenggara pemilu yang bekerja untuk kepentingan partai politik atau kelompok tertentu.
Ketiga, Mendesak KPU, Bawaslu dan pemerintah menindaklanjuti semua laporan kecurangan pemilu dan menegakkan hukum terhadap pelanggaran atau kecurangan yang terjadi. KPU menjamin adanya hak konstitusi warga negara untuk memilih, khususnya bagi mereka yang tercabut haknya karena DPT. Karena itu DPT harus diperbaiki untuk memastikan setiap warga negara memiliki hak untuk memilih.
Selain nama-nama yang disebutkan di atas, elit lain yang ikut menandatangani kesepakatan ini adalah Ferry B Regar (PDS), Idham Chalid, Yusril Ihza Mahendra, Totok Daryanto, Syahrir MS (Republikan), Zulvan Lindan (PNBK), Amelia A Yani (PPRN), Rusdi Hanafi (PPP), dan Lalu Misbah Hidayat (PKB).
Sumber di kalangan PDIP menyebutkan strategi menyerang SBY melalui membeberkan keburukan pemilu memang sengaja diambil. Sebab, selama ini SBY selalu mengklaim keberhasilan kerja pemerintah. "Kalau sekarang ini pemilu yang diselenggarakan SBY buruk, mau diklaim juga nggak," ujar dia.
Menurutnya, apa yang dilakukan Megawati tidak bertujuan untuk mencari kesalahan SBY. Lebih dari itu, Moncong Putih bersama elit politik lainnya ingin memperbaiki kualitas pesta demokrasi. SBY juga hendaknya mengambil alih tanggung jawab atas pelaksanaan pemilu. "Kita ingin pilpres lebih baik dan sekarang kan terlihat siapa sebenarnya yang haus kekuasaan," urai dia.
Meski demikian, analis politik senior dari LIPI, Prof Indria Samego pesimistis manuver politik Mega efektif membendung SBY. Apa yang dilakukan Mega dengan mengumpulkan tokoh dianggap tidak mampu merubah peta kekuatan politik nasional. "Bagaimana mau mengeroyok SBY, kan SBY juga banyak parpol yang mendukungnya apalagi parpol tengah semuanya. Sedangkan yang merapat ke Mega cuma Hanura dan Gerindra yang lumayan, sisanya parpol-parpol kecil," kata Indria.
Ia menjelaskan Mega masih memiliki cukup waktu untuk menggalang kekuatan lagi hingga ada pasangan calon untuk Pilpres 2009. Namun masalah yang akan dihadapi Mega adalah bagaimana mempertahankan dukungan agar tetap menjadi capres. "Partainya kan tidak mungkin sendiri mendukung Mega. Koalisinya dengan siapa, itu yang perlu dipikirkan, karena kalau dengan partai yang bersama pemerintah kayaknya agak sulit," jelas dia.
"Pertemuan ini adalah upaya Mega untuk mencarai dukungan baik pencalonannya sebgai capres maupun untuk mencari kesepahaman bahwa masalah-masalah dalam pemilu itu sunguh-sungguh merupakan kegagalan pemerintah," terang Indria.
Mega memang kini terkesan kalah langkah dengan SBY. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu kini gencar menjalin koalisi termasuk dengan politisi yang pernah bertemu Mega. Strategi membuka borok pemilu bisa jadi efektif bila disusun dengan langkah yang terpola dan solid.
Tetapi masalah lanjutan adalah siapa partner yang disokong Mega. Lambatnya Mega dalam menentukan pilihan dan terkesan menggeber kecurangan pemilu adalah juga merupakan titik lemah. Bila tidak waspada maka isu ini bukan tidak mungkin menjadi bumerang bagi Mega sendiri, dengan dijadikan bahan serangan oleh kubu SBY.