PLTP Lahendong-3 berkapasitas 20 megawatt mulai diuji coba pengoperasiannya, Rabu (15/4), sementara PLTP Lahendong-2 berdaya 20 MW pada hari yang sama diresmikan penggunaannya oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
"Dua pembangkit itu merupakan karya desain dan rekayasa dari PT Rekayasa Industri bekerja sama dengan Sumitomo Jepang. Adapun pembangunan sipilnya dilaksanakan oleh tenaga lokal dari Sulawesi Utara," ujar Triharyo Soesilo, Direktur Utama perusahaan nasional tersebut.
Karya ini membuktikan bahwa panas bumi merupakan salah satu solusi energi masa depan dan saat ini sudah mampu dibangun oleh putra-putri Indonesia.
PLTP Lahendong-2 yang menelan dana 28 juta dollar AS diselesaikan dalam waktu 16 bulan (Oktober 2005 hingga Februari 2007). Adapun PLTP Lahendong-3 dengan dana 36 juta dollar AS memerlukan waktu pembangunan 22 bulan hingga Januari 2009. "Kandungan lokal masing-masing pembangkit mencapai lebih dari 40 persen," urai Triharyo.
Dengan beroperasinya dua PLTP tersebut, katanya, Sulut menjadi salah satu daerah yang rasio elektrifikasi dengan energi panas buminya tergolong tertinggi di dunia.