Keresahan itu lalu ditanggapi serius Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ketua Husniah Rubiana Thamrin Akib mengatakan, SMS itu menyesatkan karena tidak benar Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada 1 Maret 2009 mengumumkan kandungan phenylpropanolamine (PPA) dalam obat flu.
"US FDA menarik obat yang mengandung PPA karena diduga ada hubungan antara pendarahan otak dengan PPA dalam jumlah besar sebagai obat pelangsing,” ujar Husniah dalam jumpa pers kemarin (Kamis, 15/4).
"Obat flu dan obat batuk yang beredar maksimal hanya menggunakan 15 mg per takaran, dan tidak diperbolehkan dimasukkan dalam obat batuk dan flu anak di bawah enam tahun," tuturnya.
Phenylpropanolamine adalah obat untuk mengobati influenza, banyak obat flu di pasaran yang mengandung PPA, seperti Decolgen, Decolsin, Neozep Forte, Sanaflu Forte, Flugesic, Inza, Komix, Bodrexin, Procold, Tusalgin, Siladex, Stop Cold dan banyak lagi.
Sumber literatur menyebutkan, dulunya PPA yang memiliki khasiat sebagai decongestant yang juga memiliki efek appetite supressant. Oleh masyarakat awam justru efek samping ini digunakan sebagai obat pelangsing. Hal itu sungguh berbahaya untuk kesehatan.
Penggunaan PPA berbahaya untuk kesehatan karena dapat menyebabkan pendarahan otak dan stroke. Namun hal itu ada pada kisaran dosis PPA 25 mg. Jika dosisnya diperkecil menjadi 12,5 mg, PPA masih dapat berfungsi dengan baik.