Kini banyak pihak bertanya-tanya apa lakon di balik dukungan MAZ (Madrasah Al Zaytun) & NII KW9 ke Partai RepublikaN? Apakah MAZ sudah tak laku lagi di Golkar dan Hanura, dua parpol yang selama ini pernah disebut-sebut sebagai pendukungnya. Benarkah ada skenario penyesatan?
“Ada kesan, mereka sedang panik dan super sibuk mencari selamat dan jaminan perlindungan karena kualitas pendidikan di pesantren itu merosot dan amburabul,” kata M Muntasir, peneliti Islam dan sosial di Pusat Studi Sosial dan Politik, FISIP Universitas Malikussaleh, Aceh.
Dalam hal ini, menarik pandangan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid yang melihat, posisi Al Zaytun makin payah. Menurut Gus Dur, Al Zaytun itu dulu punya Pak Harto yang dulu punya obsesi 'At Tien dan Al Zaytun'. Pak Harto tahu semua yang dikerjakan Panji Gumilang, pemimpin Al Zaytun.
“Wong Abu Toto itu 'anak emasnya' Ali Moertopo. Itu proyek mercusuar yang nggak ada manfaatnya untuk bangsa. Pak Harto itu punya mimpi, tapi nggak kesampaian,” kata Gus Dur.
Menurutnya, Pak Harto yang memerintahkan Sa'adilah Mursyid, Menteri Negara Sekretaris Kabinet kala itu, mengirim sapi tapos ke Zaytun di tahun 1999. Bahkan, menurut Gus Dur, sebelum reformasi, yang menjaga Zaytun itu para tentara.
“Sekarang sudah 10 tahun, apa yang sudah dihasilkan Al Zaytun? Saya dengar santrinya nggak bisa apa-apa, lulusannya nggak jelas. Masyarakat di sana resah dan menganggap Zaytun nggak membawa manfaat apa-apa,” ungkap Gus Dur.
Imam Prawoto dikenal sebagai anak emasnya Panji Gumilang alias Salam Rasyidi yang pernah diusir Gus Dur waktu mau datang ke kantor PBNU. Di mata Gus Dur, Al Zaytun hanya membangun propaganda kebaikan dan kesuksesannya sendiri. Intinya sekarang ini seluruh jajaran Zaytun sedang panik dan super sibuk bagaimana menyelamatkan diri cari pelindung pilpres 2009.
Kontroversi pesantren Al-Zaytun terus meruak ke ruang publik. Bahkan Rais Aam NU, Kyai Sahal Mahfud, dan Prof Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah, termasuk tokoh yang mengkritisi kiprah Al Zaytun karena berbagai tabir gelap yang menyelimuti pesantren yang penuh misteri itu.
Keduanya juga menganjurkan kalangan ummat Islam untuk berhati-hati dan berpikir ulang jika hendak memutuskan anak-anak mereka masuk dan belajar di pesantren itu.