Dokumen istimewa (Cuplikcom/Neni Lestari)
Cuplikcom-Bengkulu-Ketersediaan obat-obatan antivirus yang biasa digunakan untuk pengobatan pasien Covid-19 di sejumlah puskesmas dan apotek di Bengkulu mengalami kekosongan.
Kekosongan obat ini diperkirakan karena meningkatnya pembelian seiring dengan bertambahnya kasus Covid-19 di Bengkulu.
Penanggungjawab Supplier P2P Pukesmas Lingkar Barat Anita Fitriayani mengatakan untuk obat-obat antivirus seperti Favipirapir dan Oseltamivir sudah tidak tersedia sejak hampir 2 minggu lalu,
“Kalau obat antivirus jenis itu sudah kosong, tetapi obat-obatan yang lain ketersediaannya masih ada,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Kepala Puskemas Nusa Indah, Mardiah, SKM. Ia menyebutkan ketersediaan obat-obatan antivirus kosong diperkirakan karena dampak meningkatnya kasus Covid-19 sehingga banyak dari warga yang membeli dan menyetok obat tersebut.
“Obat antivirus sekarang kita sudah kosong. Pelayanan menjadi terhambat dengan tidak tersedianya obat antivirus ini,” katanya.
Mardiah menambahkan dengan kosong stok obat tersebut, pihak puskesmas hanya mampu melakukan penanganan dan memberikan obat untuk pasien sesuai gejala yang dialami.
“Beberapa pasien reaktif kita tidak mendapatkan obat sehingga kita hanya memberikan obat-obatan sesuai keluhan pasien, sesuai konsultasi dari dokter yang kita miliki. Misalnya pasien mengalami batuk, kita beri obat batuk dan vitamin,” ungkapnya.
Ia mengaku sempat mendapat tekanan dari pihak keluarga pasien lantaran tidak mendapatkan obat-obatan antivirus. Namun untuk sementara pihaknya hanya mempu memberikan obat sesuai keluhan dan vitamin bagi pasien reaktif.
Hal yang sama terjadi di UPTD Puskesmas Sukamerindu mengalami kondisi yang sama. Obat-obatan antivirus juga mengalami kekosongan.
“Ketersediaan obat antivirus kita sedang kosong di gudang farmasi. Tapi kami tetap membantu apabila ada pasien yang merasakan gejala dengan menghilangkan gejalanya dengan obat yang tersedia seperti multivitamin dan antibiotik,” beber Kepala Puskesmas Sukamerindu, drg. Fitri Tiarsari Andriarti.
Menindaklanjuti kekosongan obat antivirus ini, pihaknya sudah berupaya untuk mendapatkan obat antivirus dengan terus mengusulkan pendistribusian ketersediaan obat-obatan antivirus.
Sehingga kebutuhan pasien yang memiliki gejala covid yang datang berobat ke puskesmas terpenuhi.
Tidak hanya di puskesmas, sejumlah apotek di Kota Bengkulu juga mengalami kekosongan obatan-obatan antivirus seperti Favipiravir, Oseltamivir, Zink, Azithromicyn dan Ambroxol.Bahkan obat-obatan itu sudah mulai kosong hampir sebulan lalu. “Semuanya kosong. Sudah lama, hampir sebulan,” kata salah seorang karyawan Apotek An-Nur, Rini.
Ajukan Tambahan ke Kemenkes
Ketersediaan obat terapi Covid-19 di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, tidak hanya terjadi di Provinsi Bengkulu tetapi juga terjadi di berbagai wilayah lainnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu telah mengajukan penambahan ketersediaan obat tersebut ke Kemenkes RI.
Diperkirakan dalam waktu dekat ini, obat-obatan itu telah tiba di Provinsi Bengkulu dan langsung didistribusikan.
“Ada ketersediaannya, tapi terbatas. Terus kita ajukan penambahannya, masih proses,” kata Kabid Pelayanan Kesehatan dan SDM Dinkes Provinsi Bengkulu, drg. Edriwan Mansyur.
Edriwan menambahkan jika obat terapi itu telah sampai nanti akan langsung didistribusikan ke seluruh fasilitas kesehatan (faskes) yang melayani pasien Covid-19. Untuk pembagiannya sendiri sesuai dengan kebutuhan faskes.
Pihaknya akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan di Puksesmas terlebih dahulu. Ini bertujuan agar pasien covid yang menjalani isolasi mandiri bisa terbantu dengan obat-obatan tersebut.
“Distribusi sesuai dengan kebutuhan nanti didistribusikannya, terutama yang diwilayahnya banyak pasien isoman,” tutupnya.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Sri Martiana menambahkan pengadaan
obat-obatan antivirus sedang diupayakan melalui percepatan penanganan virus Covid -19. “Iya kosong, kemarin cuma dapat 300 paket untuk 20 PKM saja,” tutupnya.
Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani mengutuk praktik mafia obat terapi Covid-19. Dia meminta pemerintah memastikan ketersediaan obat dan harga yang wajar.
“Di mana empati ketika orang sakit masih harus membayar harga mahal dan obat ditimbun demi keuntungan ekonomi? Tindak tegas semua mafia obat!” ujar Puan dalam keterangannya, (31/7).