Cuplik.Com - Teater Dinasti dan Kiai Kanjeng telah mementaskan sebuah reportoar, dengan judul "Jangan Cintai Ibu Pertiwi" pada 2-3 April di Gedung Kesenian Jakarta. Reportoar ini adalah sebuah puisi panjang karya Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun).
Menurutnya, reportoar ini merupakan kekaguman terhadap Ibu Pertiwi dan upaya untuk menunjung Tanah Air, yang didalamnya ada banyak keprihatinan. "Jangan Cintai Ibu Pertiwi" adalah sebuah puisi panjang yang menunjukan sikapnya terhadap kondisi keindonesia saat ini.
Dosis penderitaan Ibu Pertiwi kini semakin tinggi akibat ulah anak bangsanya sendiri yang tidak kontrol, baik secara politik maupun ekonomi, dari rezim yang satu hingga rezim yang satunya. Ibu Pertiwi ini selalu ditikam pisau pengkhianatan anak-anaknya sendiri.
"Inilah saatnya kita merenung sejenak, dan menimbang kembali segala tatanan dan perilaku secara kritis. Tatanan sosial dan politik negeri kita selama ini terlau menghamba kepada pasar bebas dan industrialisme," lanjut Cak Nun. Akibat dari itu semua adalah bahwa terjadi dehumanisasi, yakni manusia hanya menjadi obyek sekligus instrumen politik dan praktik-praktik ekonomi pasar.
Eko Nuryono, pimpinan produksi pementasan, mengatakan bahwa sajian ini menarik dan menawarkan refleksi yang bernilai. Pementasan ini melibatkan 40 personel yang mencakup pemain musik, pembaca puisi, pemain teater, penata artistik, tim kreatif, dan tim produksi.
Selain dibacakan sebagaimana layaknya puisi, reportoar ini diaransemen secara musikal, diperkaya gerakan sejumlah pemain, serta animasi gambar-gambar video, yang secara keseluruhan diupayakan menjadi sebuah kesatuan yang harmonis dan saling memperkaya.
Alur nilai yang diungkapkan oleh pentas ini bukan diwakilkan pada cerita yang dilakonkan, melainkan pada dinamika muatan nilai-nilai yang terkandung dalam puisi yang panjang ini, dengan kandungan aspirasi yang multidimensional.