Foto:BNI (Cuplikcom/Fanny)
Cuplikcom-Jakarta-PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI meminta Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7 triliun pada 2022. Ada berbagai alasan yang mendasari bank pelat merah itu membutuhkan suntikan dana.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar melaporkan kepada Komisi VI DPR RI, pihaknya memerlukan penguatan modal karena rasio kecukupan modal (CAR) BNI relatif lebih rendah, yaitu 18,18% pada kuartal II-2021.
"Kalau lihat bank-bank BUKU 4 lainnya itu di atas 18%, Mandiri itu 18,9% (18,94%) atau hampir 19%, BRI 19% (19,63%) CAR-nya, BCA bahkan sudah 25% (25,33%)," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (9/9/2021).
Modal inti atau tier 1 BNI, lanjut dia juga jauh di bawah bank BUKU 4 lainnya, yaitu 15,99%. Sedangkan Bank Mandiri 17,86%, BRI 18,62%, BCA 24,35%. Itu adalah latar belakang mengapa bank BUMN itu membutuhkan tambahan modal.
Selain itu, tambahan modal diperlukan sebagai langkah antisipasi menghadapi risiko perekonomian dan kondisi makro, mulai dari ketidakpastian global, pandemi COVID-19, digitalisasi, dan kebijakan makro.
Akibat tier 1 yang relatif rendah, dia menjelaskan lembaga rating kemungkinan akan menurunkan peringkat BNI apabila tidak bisa memperkuat modal inti.
"Sehingga ini juga menjadi ancaman ke depan, karena kalau sampai dengan penurunan rating itu akan mengakibatkan cost of fund kami akan naik, funding cost kita akan naik," tutur Royke.
Lalu, dia menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir sehingga sebagai langkah antisipasi, BNI perlu memperkuat modal inti di dalam menghadapi ketidakpastian tersebut.
"Dan tentunya modal inti ini akan kami pakai untuk ekspansi kredit organik maupun anorganik," tambahnya.