Diskusi potensi wisata situ Saradan, oleh ketua Umum Prawita Genppari. (Foto: istimewa)
Cuplikcom - Subang - DPD Prawita GENPPARI kabupaten Subang secara khusus mengundang DPP Prawita GENPPARI dari Bandung untuk berdiskusi mengenai penataan, tata kelola dan pengembangan potensi wisata Situ Saradan yang terletak di Kampung Desa Nagrog Jaya, Desa Sukamulya, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Selasa (7/09).
Memang tidak berlebihan jika tim inti dari DPP Prawita GENPPARI ini sering dijadikan rujukan dalam pengembangan potensi – potensi wisata di berbagai daerah, karena pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimilikinya.
Sebagai contoh dalam pengembangan wisata danau (situ dalam bahasa Sunda), Prawita GENPPARI sudah mendalami desain perencanaan dan pengembangannya dari Danau Plitvice di Kroasi, yaitu danau berair terjun yang bisa berubah warna setiap waktu.
Pernah juga mendalami tata kelola Danau Five Flowers di Cina yang airnya berwarna-warni, mulai dari merah, kuning, hijau, hingga biru. Semburat warna ini dipadu dengan akar pohon di dalam danau ini.
Kemudian pernah juga mendalami desain danay Halstaat di Austria, serta Danau Moraine di Kanada. Danau ini dikelilingi oleh Canadian Rocky Mountains, warna airnya kebiruan dan pemandangan makin cantik dengan warna hijau pepohonan di sekitar.
Dengan literasi pengetahuan dan pengalaman yang banyak itulah, maka dalam membuat desain dan perencanaan objek wisata selalu menarik dan setara dengan kelas dunia lainnya.
Ketua DPP GENPPARI Dede Farhan Aulawi menjelaskan kriteria pengembangan kawasan wisata danau, seperti menciptakan kesadaran wisatawan tentang konservasi sumber daya alam melalui pemanfaatan sumber daya wisata secara berkelanjutan dan menciptakan pencegahan dampak negatif lingkungan.
"Lalu, menciptakan rasa bangga masyarakat local terhadap lokasi yang dimilikinya melalui penyediaan berbagai fasilitas yang sesuai dengan karakter alam situ atau danau," kata dia.
"Kemudian, mendorong partisipasi masyarakat lokal untuk mengembangkan kemampuan mengelola usaha pariwisata," tambahnya.
"Dan terakhir, memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan kreatifitas yang berkaitan dengan penyediaan berbagai kebutuhan wisatawan seperti cinderamata, makanan khas daerah setempat, dan usaha transportasi atau penginapan," sambungnya.
Dede menuturkan dalam hal pengembangan kawasan wisata danau perlu memperhatikan kriteria fisik yang harus jadi landasan dalam pengembangannya.
Kriteria dimaksud, misalnya penyusunan peta pengembangan dan rencana penyediaan infrastruktur, di mana jalan setapak di kawasan danau merupakan jalan yang memiliki kegunaan yang cukup tinggi.
Oleh karenanya pengunjung yang memasuki kawasan wisata danau tidak diperbolehkan membawa alat transportasi dalam bentuk apapun dengan peta lokasi sebagai penunjuk jalan yang berfungsi penting dan dapat merubah pola sikap dan cara pengunjung selama berada di lokasi tempat rekreasi.
Lalu, penetapan kegiatan-kegiatan pengembangan infrastruktur yang mendukung kawasan wisata danau. Penyediaan infrastruktur ini mencakup jalan menuju kawasan, prasarana air bersih, listrik, telekomunikasi, kesehatan dan lain-lain.
Kemudian, penentuan dasar hukum/kebijakan dan masalah pembiayaan sertabhal – hal yang berkaitan dengan kepemilikan lahan.
“Suasana diskusi sangat akrab dan asyik. Terkadang diselingi aneka guyonan, tetapi pokok – pokok fikiran dalam pengembangan wisata selalu disampaikan secara jelas dan dapat dipahami bersama," ungkapnya.
"Termasuk masalah sumber pembiayaan, apakah dibiayai oleh Pemerintah, investor atau gotong royong masyarakat setempat. Semua tentu ada plus minusnya, tinggal dipilih yang terbaik buat masyarakat," jelas dia.
"Artinya keberadaan suatu objek wisata harus terasa manfaatnya buat masyarakat," tutupnya.