JAKARTA: Calon Legislatif/Caleg yang gagal mendapatkan kursi di DPR tidak sedikit yang akhirnya mengalami gangguan fisik, mental dan emosional, seperti cemas, depresi dan stres. Gangguan-gangguan semacam ini harus diperhatikan agar tidak berkelanjutan.
Diperkirakan ada 1.606.773-1.607.426 Caleg yang gagal, kata dr Hervita Diatri SpKJ dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM pada Forum Temu Media FKUI di Jakarta, Senin (20/4).
Jumlah orang yang menjadi caleg begitu besar, namun kemungkinan terpilih menjadi anggota legislatif begitu kecil menyebabkan banyak orang mengalami stress dan depresi. Untuk DPR Pusat saja jumlah caleg 11.215-11.868, sementara jumlah kursi yang diperebutkan 560 kursi. Rasio kemungkinan 1:21-2 2. Jadi jumlah caleg gagal untuk DPR Pusat 10.655-11.308.
Untuk DPRD Provinsi ada 112.000 caleg yang memperebutkan 1.109 kursi. Caleg DPRD Kabupaten/Kota ada 1,5 juta orang memperebutkan 15.750 kursi di seluruh DPRD Kabupaten/Kota di Indonesia.
Diperkirakan caleg yang mengalami gangguan jiwa lazim sebanyak 180.000 orang, gangguan jiwa berat 4.800 orang dan yang memerlukan perawatan di rumah sakit 480 orang, papar Hervita.
Gangguan jiwa yang lazim gejalanya antara lain, depresi, kecemasan, sulit tidur, gangguan makan, keluhan fisik tanpa dasar. Sedangkan gangguan jiwa berat antara lain, gangguan perilaku, pikiran bunuh diri, penyalahgunaan zat dan alkohol.
Gangguan kejiwaan bisa terjadi karena faktor individu seperti mekanisme adaptasi dan cara penyele saian masalah yang kurang matang, faktor sosial-ekonomi seperti motivasi seorang caleg saat mencalonkan diri. Mungkin dia melihat bahwa menjadi caleg itu sebuah tindakan investasi atau memandangnya sebagai lapangan pekerjaan. Nah pada saat dia sudah menghabiskan banyak uang dan tidak terpilih, timbul gangguan kesehatan jiwa, kata Hervita.
Sementara itu, Rudi Putranto dari Divisi Psikosomatik Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSCM menyatakan, kekecewaan atau kegagalan bisa menimbulkan gangguan fisik atau psikosomatik . Gangguan psikosomatik bisa gangguan fungsional atau structural.
Pada gangguan fungsional tidak ditemukan kelainan penyakit fisik yang berarti namun banyak keluhan seperti sakit kepala, maag, nyeri otot. Gangguan structural seperti timbulnya p enyakit fisik atau organ, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, asma, kencing manis, dan lain-lain.
Agar stress tidak berkelanjutan, perlu dilakukan manajemen stress, yakni dengan berusaha menyesuaikan pola piker: berpikir realistis dan konstru ktig, melihat hidup seperti air mengalir, membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan harapan dan jangan terburu-buru dalam bertindak.
Olah raga juga bisa mengurangi stress, meningkatkan energi. Relaksasi juga harus dilakukan, makan dengan benar, dengan gizi seimbang, menghindari kopi, coklat, makanan bergas atau pedas, kata Rudi.
Tidur yang cukup, minum obat teratur dan konsultasi kesehatan ke dokter, juga sangat penting.Hervita menyarankan para caleg yang gagal sebaiknya membina hubungan, berkomunikasi dan mencari dukungan terutama dari keluarga, rekan-rekannya, maupun system pendukung lainya (budaya, spiritual).
Jika semua sudah diupayakan, namun tetap saja ada perubahan perilaku dari caleg yang gagal, dan perubahan tersebut mulai mengganggu fungsi pe kerjaan, perawatan diri, dan sosial, dan itu berlangsung lama, sebaiknya datang kepada tenaga kesehatan atau tenaga kesehatan jiwa.