Melihat buah hati Anda bertubuh gempal dan menggemaskan, tentu sangat menyenangkan. Tapi hati-hatilah, beberapa penyakit kronis biasanya sudah mengintai si anak obesitas. Kasus obesitas bisanya terjadi di mana fasilitas apa pun bisa ditemukan dengan mudah, termasuk mudahnya memilih makanan yang diinginkan. Walaupun makanan yang dikonsumsi tersebut tidak lagi sehat, misalnya mengandung terlalu banyak lemak dibandingkan proteinnya. Atau bisa pula karena makanan yang umum dikonsumsi tersebut mengandung kalori tinggi tetapi rendah kandungan nutrisi.
Obesitas pada anak akan berdampak buruk ketika dewasa. Ini dikarenakan obesitas merupakan salah satu penyakit kronis. Pertumbuhannya pun cenderung meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup. Asosiasi Jantung Amerika (American Heart Association) secara umum merekomendasikan pemberian diet untuk anak berumur dua tahun atau lebih yang memiliki kelebihan berat badan.
Mereka dianjurkan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kedelai, ikan, dan sedikit daging. Bahkan, pemberian ikan segar pada anak dan remaja sangat dianjurkan. Sebaiknya mereka mengonsumsi ikan setidaknya dua kali dalam seminggu.
Untuk mencegah terjadinya obesitas yang berlarut-larut, diet pada si kecil sangat dibutuhkan. Namun, peran orang tua sangat penting dalam hal ni. Karena anak tidak akan mengerti apa yang dikonsumsinya. Adapun diet yang bisa diberikan untuk anak adalah diet yang diberikan berdasarkan warna makanan.
Diet makanan hijau. Kategori makanan hijau adalah makanan yang dapat dikonsumsi si kecil dalam jumlah cukup banyak. Biasanya jenis makanan ini mengandung lemak yang rendah, contohnya ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran dan susu rendah atau bebas lemak. Makanan kuning, adalah makanan yang boleh dimakan dengan hati-hati (makanan rendah lemak sampai medium, seperti, roti atau pasta dari padi-padian, taoge, gandum, dan ubi rambat).
"Makanan dalam kategori kuning sebaiknya dikonsumsi secara terbatas yaitu hanya dalam waktu makan. Dengan diet berdasarkan warna makanan ini, anak lebih mudah mengerti. Selain itu orang tua juga mudah mengatur pola makan anaknya," kata dokter anak di Rumah Sakit Umum Pusat Pertamina Jakarta (RSPP), dr Irma Witoelar.
Ditambahkan dr Irma, makanan yang tidak boleh dimakan atau boleh dimakan hanya seminggu sekali, meliputi makanan tinggi lemak, meliputi makanan tinggi lemak, kacang-kacangan, margarin, cokelat, kembang gula, dan makanan digoreng. Makanan tersebut sebaiknya dilambangkan dengan warna merah.
"Pemberian diet sangat rendah kalori dilakukan jika berat badan si kecil lebih dari 140 persen berat badan ideal (super-obesitas). Diet bisa diterapkan pada anak dan remaja yang obesitas dan disertai penyakit penyerta serta tidak memberikan respons terhadap anjuran diet rendah kalori," sebutnya.
Sedangkan untuk diet tinggi serat pada anak-anak, dapat membantu menurunkan berat badan karena kandungan serat yang tinggi membentuk anak merasa lebih cepat kenyang. Kandungan serat yang tinggi pada makanan akan meningkatkan oksidasi lemak. "Diet tinggi serat ini perlu lebih hati-hati diberikan karena serat yang berlebih akan mengurangi penyerapan mineral di dalam tubuh," kata dr Irma.
Selain berdiet, dr Irma menganjurkan, anak harus dibiasakan untuk melakukan aktivitas fisik yang bisa membuat mereka berkeringat. Aktivitas fisik juga akan meningkatkan massa otot dan membantu mengontrol berat badan. Aktivitas fisik yang baik untuk dilakukan seorang anak adalah bermain sambil berolahraga seperti berlari, bersepeda, jalan-jalan sore atau berenang.
Diet pada anak yang menderita obesitas, ternyata juga mendapat perhatian serius dari Kepala SDN 0V Jakarta Timur, dr Irwan Nainggolan. Menurut dia, anak-anak dengan berat badan lebih biasanya sangat sulit bermain di luar ruangan. Karena anak-anak tersebut tidak bisa bergerak dengan leluasa. "Anak dengan obesitas, biasanya juga menjadi rendah diri karena sering diolok-olok anak lain," kata dr Irwan Nainggolan, beberapa waktu lalu.
Untuk mencegah rasa rendah diri itu muncul, dan anak dengan obesitas tidak selalu menjadi bahan olok-olok temannya, Irwan mengatakan, diet pada anak-anak bisa diberikan asalkan tidak membuat mereka lemas dan tidak bersemangat. "Saya setuju saja, asalkan diet yang diberikan kepada anak tidak terlalu ekstrem. Misalnya langsung melarang anak untuk mengonsumsi apa yang mereka inginkan," ucapnya.