(Zulhalim. Cuplikcom)
Tanggamus--cuplikcom--Tidak hanya dedikasi yang di tuntut kepada tenaga pendidik sikap ramah tamah saling menghargai bukan hanya sebatas penyampaiyan kepada para murid didik saja, namun dewan guru hendaknya menerapkan hal itu dilingkungan sekolah terhadap siapapun yang hadir dilingkungan sekolah mereka.
Memang, setiap Pegawai Sipil Negara dituntut atas dedikasi nya terhadap profesi yang ia emban dipundak.
Entah dari unsur mana saja kedudukannya, dedikasi terhadap pengabdian jadi tanggung jawab utama.
Seperti hal nya para tenaga pendidik (red guru), sangat di maklumi hampir dimasa tugas (tupoksi) mereka penuh beban dan tanggungjawab, dalam hal memberikan pendidikan secara baik dan bermoral kepada para siswa.
Namun janganlah membenarkan alibi, beban kesibukan dan tugas yang selalu saja jadi alasan, menyebabkan sikap mengenyampingkan keramah tamahan.
Ironi bila ini terjadi, sikap tidak mencerminkan sebagai tenaga pendidik yang beretika terhadap orang-orang disekitar.
Lalu apa iya kata "kiasan" itu harus disematkan " bisa ngomong namun tidak bisa melakoni " terhadap mereka?.
Kenapa ini menjadi pertanyaan, tidak untuk "mendekte" pasalnya saat kami awak media mengunjungi salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kecamatan Sumberejo.
Di ruangan para dewan guru berikut ruang kepala sekolah, mendapatkan sambutan yang kurang hangat. Yang mana, kedatangan kami disambut oleh wakil kepala sekolah dan riuhnya para guru dengan urusan mereka masing-masing.
" Iya, mau bertemu dengan siapa? " tanya nya kepada kami.
" Mau bertemu dengan kepala sekolah pak, " jawab rekan kami.
Lanjutnya, "ia" menjelaskan bahwasanya kepala sekolah tidak tahu kemana, setelah selesai upacara tidak diketahui berada dimana.
Hal demikian selalu kami temui ketika kami hendak menemui kepsek tersebut diruangan guru/atau sekolah tersebut
" Dari mana, dari media iya, " katanya sembari berlalu, meninggalkan kami di tengah riuh nya para guru yang berbicara.
Lebih kurang, lima belas menit kami berada di ruangan itu bersama berisik oleh hiruk-pikuk suara para dewan guru. Entah apa pembahasan mereka, tidak bisa secara jelas yang mereka bicarakan, sebab bising bagaikan suara para pedagang sayur dan pembeli saat kita berada di pasar pagi.
Sehingga menimbulkan dugaan, sikap para dewan guru ini sudah di perintahkan oleh oknum kepsek yang diketahui bernama (Tekad) karena setiap kali awak media ingin menemui nya dikantor sekolah tidak pernah dapat di temui,
Padahal apa susahnya tinggal telepon/chat kepala sekolah jika ada tamu yang ingin bertemu diruangan mereka," pungkas dua jurnalis dengan tujuan menemui kepsek tersebut.
Dalam hal ini kiranya kepada yang terhormat kepala dinas pendidikan Yadi Mulyadi dapat memberikan teguran kepada kepsek SMPN 1 Sumberejo (Tekad) serta oknum dewan guru yang ada di sekolah tersebut.
Dapat diketahui hal ini bukan sekali dua kali awak media coba ingin menemui kepsek tersebut agar dapat saling mengenal selaku mitra media, namun setiap awak media datang kesekolah tersebut oknum guru diduga telah sengaja memberikan berbagai alasan untuk menghalangi salah satu tugas jurnalis.
Atas sikap kepsek dan oknum-oknum dewan guru SMP Negeri 1 sumberejo tersebut membuat tanda tanya lembaga media,' apakah sebenarnya yang terjadi.