JAKARTA: Keputusan Partai Golkar untuk mengusung Jusuf Kalla sebagai calon presiden mengubah peta koalisi politik. Partai Golkar semakin merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, sementara Partai Demokrat menegaskan tak akan memilih kader Golkar untuk menjadi calon wakil presiden bagi Susilo Bambang Yudhoyono.
Sikap Demokrat itu sekaligus menjawab upaya yang dilakukan sebagian kalangan di Golkar yang sampai kemarin berusaha mencari alternatif pengganti Jusuf Kalla untuk disandingkan dengan Yudhoyono. Peluang Akbar Tandjung yang semula dianggap kuat untuk dipasangkan dengan Yudhoyono dengan sendirinya pupus.
Setelah memperoleh mandat dari Rapat Pimpinan Nasional Khusus Partai Golkar untuk mencalonkan diri sebagai presiden, Kamis (23/4) malam, Jusuf Kalla menerima kunjungan jajaran DPP PDI-P yang terdiri dari Taufik Kiemas, Pramono Anung, Panda Nababan, dan Puan Maharani.
Rencananya, Jumat ini Kalla akan mengadakan kunjungan balasan ke kediaman Megawati Soekarnoputri. Keduanya akan berbicara empat mata untuk menyelesaikan ganjalan terkait koalisi yang segera dibangun. Hal yang mengganjal itu diperkirakan mengenai siapa yang bersedia menjadi cawapres.
”Frame-nya sudah dibicarakan dan hanya isinya yang akan dibicarakan lagi. Pertemuan besok itu ibaratnya pertemuan puncak antara kami. Setelah itu, baru ada pertemuan teknis,” tutur Kalla.