Selain metalik, shocking color juga menjadi pilihan beberapa desainer. Salah satunya Marc Jacobs, yang musim ini tampaknya ingin menyuguhkan rangkaian busana bergenre futuristis. Di panggung lain, Nanette Lepore pun melakukan hal serupa, rangkaian busananya hadir atraktif dengan aneka aksesori bling-bling.
"Detail metalik pada desain saya bertujuan untuk menciptakan suasana kasual yang unik," ujar Lepore yang banyak menyematkan palet tembaga dan keemasan pada jaket ini.
Gejala penggunaan warna-warna logam ini sebelumnya telah ditangkap pengamat mode. Hal Rubenstein dari InStyle Magazine mengatakan, metalik adalah warna yang kuat untuk menggambarkan nuansa minimalis.
"Metalik adalah warna yang cocok untuk penampilan minimalis karena tidak perlu lagi mengombinasikannya dengan perhiasan, warna tersebut sudah menjadi perhiasan itu sendiri," ujarnya, seperti dilansir Associated Press.
Selain itu, Rubenstein juga mengungkapkan bahwa warna-warna metalik merupakan pilihan tepat bagi mereka yang bingung untuk memilih warna tertentu saat ingin menghadiri sebuah acara. "Hitam dan putih adalah pilihan klasik dan aman, tapi metalik bisa membuat pernyataan tersendiri sekaligus terlihat unik di saat bersamaan," sebutnya.
Citra lain yang juga digambarkan warna metalik adalah glamor dan elegan. Dua hal yang tidak pernah lepas dari rancangan Oscar de la Renta. Di New York Fashion Week, desainer gaek tersebut mempersembahkan emas dalam nuansa haute couture. Oscar de la Renta punya alasannya sendiri untuk tetap mempertunjukkan koleksi nan mewah di saat ekonomi tengah krisis.
"Saya tidak pernah menawarkan koleksi untuk masa resesi, apa pun yang saya perlihatkan adalah cita rasa Oscar de la Renta," ujarnya, sembari menunjukkan koleksi gaun dengan detail bulu, renda, maupun payet.
Di panggung Michael Kors, kata modern seolah diukir besar di latar belakang. Nuansa masa kini disajikan desainer yang tengah naik daun ini melalui kombinasi garis klasik dan kontemporer. "Klasik untuk selamanya, sementara kontemporer adalah untuk saat ini," sebutnya, singkat.
Citra klasik kontemporer ala Kors diperlihatkan melalui bentukan turtleneck dan setelan klasik dari tweed. Sisanya, Kors memperlihatkan gaun bergelepai juga terusan bergaya art deco dengan teknik origami.
Seksi, menjadi kata kunci Max Azria untuk musim gugur. Warna hitam yang digunakannya semakin mempertegas kesan sensual ala femme fatale. Namun, sisi lembut wanita tidak begitu saja ditinggalkan, Azria memperlihatkannya melalui gaun-gaun melambai berbahan velvet dan lace.
Gaya berbeda disuguhkan Phillip Lim melalui label 3.1 Phillip Lim yang mengetengahkan koleksi bergaya era 1960-1970-an. Dibandingkan para koleganya, warna-warna yang dihadirkan Lim memang terkesan pucat. Namun, justru memberi rasa lembut sekaligus feminin. Salah satunya melalui setelan celana berwarna dusty-rose yang dipadukan bersama blazer berbahu lebar, feminin sekaligus tegas. Lim juga memperlihatkan paduan gaya hard-core lewat kombinasi celana kulit ketat dan atasan bergaya militer yang diperlembut aksen ruffles.
"Saya selalu menyukai ruffles," komentar Lim saat ditanya mengenai aksen busananya yang terasa kontras.
Pekan Mode New York menjadi panggung drama saat koleksi J Mendel beraksi. Selama 20 menit, Mendel menyajikan cerita mengenai kemewahan lewat mantel bulu, kain bertekstur eksotis, dan permainan pita. Drama pun menjadi santapan di pertunjukan label besutan Kimora Lee Simmons, Baby Phat. Perhiasan berukuran jumbo dan garis rancangan ekstravagan menjadikan bahan denim terlihat luar biasa, yang disebut Simmons sebagai koleksi casual with a style. Adapun untuk koleksi yang lebih feminin, Simmons menyediakan beberapa koleksi gaun dan terusan dengan gaya yang lebih ringan.
Kendati panggung New York menawarkan berbagai variasi gaya, terlihat satu benang merah dari seluruh pertunjukan yang disajikan. New York mencoba mencari cara yang paling aman untuk menyiasati krisis yang masih terasa menggigit.
"Busana yang disajikan bukan lagi diperuntukkan untuk makan siang mewah di Park Avenue, melainkan untuk malam yang nyaman," ujar mantan Fashion Director Bergdorf Goodman James Aguiar. "Ini adalah fase yang aman, bukan masanya berspekulasi dan bereksperimen dengan rancangan," sebutnya.
Kendati demikian, bukan berarti desainer New York lantas tidak inovatif. "Kami memang mencari pijakan yang aman, tetapi tentu tetap dengan gaya," kata Stan Herman, mantan Presiden Council of Fashion Designer of America (CFDA).