Kusno Haryanto yang mengajar di Prodi Farmasi STIKES Muhammadiyah Kuningan Jawa Barat (Foto: istimewa)
Cuplikcom - Kuningan - Seorang dosen yang mengajar dikampus STIKES Muhammadiyah Kuningan Jawa Barat menanggapi dingin berita yang terus berkembang tentang ucapan seorang peneliti BRIN yang ingin menghalalkan darah Muhammadiyah.
Komentar yang menurut Andi Pangerang (kini terlapor) hanya sebuah refleks balasan terhadap banyaknya komentar miring atas komentar rekannya yakni Thomas Djamaluddin (kini terlapor) yang menuliskan soal penentuan hari raya idul fitri yang berbeda antara Muhammadiyah dan pemerintah ini tidak disangka oleh Kusno Haryanto akan melebar dan berbuntut panjang.
Ditemui saat berjalan menuju lobby BRIN Kebon Sirih di Jakarta, Kusno Haryanto yang mengajar di Prodi Farmasi STIKES Muhammadiyah Kuningan Jawa Barat ini dengan singkat berucap.
"Sudah ada dari komponen dan warga Muhammadiyah yang melaporkan pernyataan itu ke pihak kepolisian," ucap dia.
Ketika ditanyakan lebih lanjut apakah mengenal Thomas Djamaluddin dan Andi Pangerang, lagi-lagi dengan diplomatis Kusno menjawab singkat.
“Hari ini siapa yang tidak mengenal beliau berdua," jawab dia
Kepada media Kusno Haryanto yang pernah mendapatkan dua kali surat apresiasi dari Kepala Bagian Sekretariat Dewan Pengarah BRIN ini berpesan untuk tidak terus menerus memberitakan hal yang semestinya sudah selesai ini.
“Kedua ASN asal BRIN itu sudah meminta ma’af begitu pun dengan Bapak ketua BRIN, yang walau peristiwa itu merupakan urusan dan tanggung jawab pribadi tapi beliau merasa terpanggil untuk meminta ma’af pula,” ujarnya.
Lebih lanjut Kusno Haryanto mengatakan tidak ingin memberi komentar banyak karena kebetulan posisi kakinya ada didua tempat.
"Satu kaki saya di Muhammadiyah dan satunya lagi ada dimana – mana termasuk juga ada di BRIN,” tegasnya.
Kusno menyayangkan peristiwa yang mestinya bisa dengan mudah diselesaikan kenapa justru dibuat seolah-olah tidak bisa dima’afkan.
“Sebagai muslim yang baru saja selesai menjalankan ibadah puasa sebulan penuh seharusnya kita termasuk kawan-kawan yang sedang bersengketa mampu menunjukan kepribadian yang lebih baru dengan cara salah satunya lebih mudah mema’afkan kealfaan atau kekeliruan orang," ungkap dia
Menurut Kusno kedua ASN BRIN yang sudah dilaporkan itu telah menjalani sidang internal di BRIN, sudah meminta ma’af kepada warga Muhammadiyah dan juga tentu sudah mendapat hukuman sosial dari banyak sudut, apakah ini semua masih belum cukup untuk menghentikan persoalan atau polemik itu sampai disini.
"Bisa jadi masyarakat yang sudah bosan dengan kegaduhan dinegeri ini justru akan mempertanyakan apa hasil dari puasa sebulan penuh kemarin jika kita tidak bisa mema’afkan kesalahan dari orang yang sebenarnya tidak kita kenal, jangan juga kita melanggengkan ungkapan mema’afkan iya tapi proses hukum jalan terus," jelas dia.
"Tidak bisa seperti ini, mema’afkan ya berarti menghentikan dan mencabut kembali laporan yang sudah dibuat," imbuh dia.
"Idealnya hasil atau output dari puasa Ramadhan kemarin kita semua bisa menjadi lebih mudah mema’afkan orang dan tidak lagi memiliki rasa dendam, semua yang diduga dengan sengaja membuat kita marah ya dima’afkan saja, ingat kita baru selesai berpuasa sebulan penuh dan ini pun masih dalam suasana idul fitri," tukasnya.
"Pendapat saya Muhammadiyah akan terlihat elegan dan jauh lebih bermartabat jika mau menyelesaikan masalah ini diluar jalur hukum, gunakan saja mekanisme seperti kebiasaan yang ada dalam dunia pendidikan saat kita menghukum mahasiswa yang melakukan kelalaian," tandasnya.