Ini membuat partai berlambang pohon beringin itu menerima kenyataan suaranya hanya 15 persenan di Pileg 2009, dari lima tahun lalu sebesar 21 persenan.
''Padahal Golkar adalah parpol yang terorganisasi lebih baik. Tapi mereka kesulitan mendapat dukungan dari masyarakat,'' demikian IRI dalam siaran persnya pekan lalu, menanggapi hasil Pemilu Legislatif 2009.
IRI adalah lembaga dibawah Partai Republik AS, lawan politik Presiden Barrack Obama dari Partai Demokrat. 'Lawan' IRI adalah National Democratic Institute (NDI) yang juga beroperasi di Indonesia dan turut memantau Pileg. IRI rutin mengawasi pemilu di Indonesia terlebih sejak 1999 - 2004 - 2009.
Kerenggangan politik antara figur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (ketua Dewan Pembina Partai Demokrat) dan Wapres Jusuf Kalla (ketum DPP PG) beberapa saat menjelang Pileg juga turut berkontribusi pada turunnya suara Golkar.
Menurut IRI, SBY jauh lebih populer ketimbang Kalla. Ini sudah dibuktikan dalam survei IRI Januari lalu, yang juga memprediksikan pemenang Pileg adalah Partai Demokrat.
Analisisnya, arus politik Indonesia masih kental oleh sosok, ketimbang ideologi. ''Sukses Partai Demokrat di Pileg 2009 jangan diinterpretasikan semata karena masalah ideologi partainya. Tapi pemilih merespons pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kabinetnya,'' kata IRI.
Sebaliknya, IRI melihat hanya segelintir parpol mampu bertahan tanpa strategi 'ketokohan' politik itu. Partai Keadilan Sejahtera salah satunya. PKS dinilai memiliki program politik yang baik hingga ke level akar rumput.
Secara umum, IRI menilai Indonesia sebagai negara sekular. Faktorevy/ahi religiusitas memiliki peran tersendiri di Indonesia, tapi bukanlah faktor yang menentukan.