‘'Pernyataan JK hanya sebuah dugaan. Tapi bisa terbaca ia berusaha membangun skenario politik jelang koalisi parpol karena Golkar berada dalam posisi dilematis," terang Dani, Selasa (28/4). Setelah SBY menyatakan ‘cerai' dengan JK, terjadilah gonjang-ganjing di kalangan internal partaiberlambang beringin itu.
JK merasa terdesak karena beberapa pemimpin DPD menyatakan keinginan untuk mempertahankan koalisi bersama Partai Demokrat. Dani melihat, JK dihadapkan pula dengan penilaian elit internalnya jika telah gagal membangun posisi tawar bagi partainya jelang pemilihan presiden nanti karena capaian suara Golkar yang tak mencapai 20 persen.
Dari kondisi ini, ungkap Dani, beberapa pihak mengambil keuntungan sebagai serangan pada lawan politik dan bermanuver dari kesepakatan awal. Misalnya, Partai Demokrat sebagai unggulan juga melihat calon parpol yang diajaknya berkoalisi harus solid. SBY melihat posisi Golkar saat ini kurang strategis untuk digandeng. ‘'Posisi JK maju kena mundur kena," ujar Dani.
Di lain pihak, hal ini malah membawa angin segar bagi beberapa tokoh besar Partai Golkar. Jelang Rapimnas Golkar, telah muncul enam nama yang akan maju sebagai cawapres. Salah satunya adalah Akbar Tanjung. Rapimnas sekaligus menjadi pintu masuk mantan Ketua DPP Golkar ini untuk meraih kembali kesempatan maju sebagai cawapres yang ditelikung JK pada periode Pemilu 2004 lalu.
Namun Dani menilai, kembalinya nama Akbar Tanjung belum bisa menjamin Partai Demokrat bakal melirik kembali Partai Golkar. Pasalnya, SBY belum melihat kesolidan suara para kader Golkar serta belum adanya jaminan posisi Akbar tanjung bisa memperkuat keunggulan Partai democrat di pilpres mendatang.