Kunjungan Ketua PCNU ke rumah Masiroh, Purna PMI Syiria 23 tahun Hilang dan dicap meninggal (Cuplikcom/ist)
Cuplikcom - Indramayu - Ketua Tanfidziyah PCNU Indramayu, KH Muhammad Mustofa (Kang Mus) kunjungi Masiroh (38 thn), mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) perempuan di Syiria yang sempat hilang 23 tahun sejak 2001 dan dicap meninggal dunia sejak putus kontak pada 2003, bahkan pihak keluarga sudah gelar tahlil atas meninggalnya Masiroh.
Kang Mus bersama jajarannya merasa terharu dan terpanggil, selain keluarga Masiroh adalah warga NU, secara kemanusiaan, mantan PMI Masiroh menjadi contoh, salah satu warga Indonesia yang perlu diperhatikan, terutama terkait hak-haknya yang belum terpenuhi.
"Keluarga Masiroh adalah warga NU, perlu ada dukungan psikologis dan bantuan bantuan agar bisa kembali normal," tutur Kang Mus saat berkunjung ke rumah Masiroh di desa Pranggong kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (7/5/2024) malam.
Kang mus menambahkan, Masiroh sangat butuh dilakukan pendekatan psikologis melalui trauma healing, agar melupakan hal-hal tragis saat di Syiria, terutama dari peristiwa petang di sana.
Selain itu, lanjut Kang Mus, Masiroh harus bisa kembali berbaur dengan masyarakat pada umumnya, khususnya dengan tetangga dan lingkungan kediamannya.
Oleh karenanya, Kang Mus berharap agar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyempatkan waktunya untuk mengunjungi salah satu warga NU tersebut.
"Insyaallah, PBNU akan menjenguk Masiroh, untuk memberikan dukungannya agar segala hak-haknya bisa terpenuhi," tegas Kang Mus.
Sementara, Masiroh, yang didampingi bapak kandungnya, mengaku terharu dan senang saat dikunjungi Ketua PCNU Indramayu.
Masiroh pun bercerita panjang soal kronologis saat di Syiria, mulai dari proses keberangkatan sejak 2001, saat berpindah-pindah majikan sampai empat kali, menghadapi situasi perang di Syiria, hingga kepulangannya kemarin.
"Terimakasih atas kunjungannya, mohon dibantu pak kiai, alhamdulillah saya senang sudah kembali ke rumah bertemu bapak dan ibu," ujar Masiroh dengan logat campuran yang hampir lupa bahasa Indramayu.
Diketahui, Masiroh berangkat ke Suriah atau Syiria pada 2001, di majikan yang pertama 4 tahun, Ia sengsara karena terus disiksa. Lalu dioper ke majikan kedua selama 3 tahun, tapi bayarannya diambil majikan yang pertama. Kemudian pindah kerja lagi ke majikan yang ketiga selama 3 tahun, dan gajinya diambil lagi oleh majikan yang pertama.
Selanjutnya Masiroh harus berjuang dan ikut pindah pindah bersama majikannya dalam situasi perang, suara dentum rudal dan bom menjadi pemandangan sehari-hari Masiroh, sehingga rasa trauma masih terasa hingga saat ini.
Beruntung, saat di majikan keempat, Masiroh diperlakukan dengan baik, bahkan dihubungkan dengan pihak keluarganya. Hingga pada akhirnya bisa pulang dengan selamat ke kampung halamannya.