Namun, jika satu paket tidak bisa diwujudkan, munculnya dua paket capres dan cawapres pun tidak ada persoalan. Hal itu diungkapkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Muhammad Jusuf Kalla dalam perbincangan dengan sebuah stasiun televisi, di Posko Slipi II, Jakarta, Rabu (29/4) malam.
"Capres dari koalisi besar memang tergantung sikap masing-masing partai politik. Namun, memang sebaiknya satu paket. Itu harapan supaya pilpres cepat selesai dan cukup satu putaran saja. Akan tetapi, itu memang butuh kesepakatan yang harus dirundingkan. Namun, jika tidak bisa satu paket, ya satu paket juga tidak apa-apa," tandas Kalla.
Tentang nama pasangannya yang akan menjadi cawapres, yaitu Ketua Umum DPP Partai Hanura Jenderal (Purn) Wiranto, Kalla mengaku belum waktunya harus disampaikan. "Memang itu masih terus dirundingkan dan pada saat finalnya baru akan dideklarasikan kepada publik. Sebenarnya, bisa saja sampai tanggal 9 Mei atau sehari sebelum pendaftaran capres dan cawapres ke KPU," ujar Kalla.
Kalla menegaskan dirinya hanya mau menjadi capres dan bukan sebagai cawapres. Mengenai koalisi besar yang akan dibangunnya di DPR, Kalla mengaku bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dan saling mengawasi dan mengoreksi antara DPR dan pemerintah.
"Kalau koalisi besar menjadi pemenang, maka partai-partai lawannya menjadi partai oposisi. Akan tetapi, sebaliknya jika kalah, koalisi besar akan menjadi partai oposisi sehingga tercipta check and balance dalam pemerintahan. Itulah pedoman demokrasi," lanjutnya.
Tengah malam ini, disebut-sebut Kalla bertemu dengan Wiranto di kawasan Cibubur Jakarta Timur. Hingga kini pertemuan masih berlangsung.