Rabu, 12 Februari 2025
ATLANTA –Lidah memiliki kemampuan mengontrol suara, rasa, menelan dan melawan kuman tanpa pernah merasa letih. Hal inilah yang mendorong para ilmuwan Atlanta untuk melakukan riset tentang bagaimana membuat otot di lidah dan mulut sehingga dapat memiliki suatu mekanisme pengendali computer.
Para ilmuwan Georgia Tech percaya bahwa cara kerja lidah dapat ditransformasikan menjadi suatu sistem komputer virtual, dimana gigi menjadi keyboard dan lidah yang menjadi sistem geraknya. “Anda dapat memiliki kendali penuh atas lingkungan di sekitarmu hanya dengan menggerakkan lidahmu saja”, begitu yang disampaikan Maysam Ghovanloo, asisten professor Georgia Tech yang memimpin tim riset tersebut.
Sistem kendali lidah ini mirip dengan cara kerja joystick yang memungkinkan menggerakkan kursi roda, mengatur peralatan rumah dan mengendalikan computer. Bila dibandingkan dengan bagian tubuh lain mekanisme dengan menggunakan lidah ini lebih menjanjikan. Berbeda dengan sistem kontrol lain, misalnya dengan menggunakan mata yang membutuhkan dana yang sangat tinggi, lambat dan rentan terhadap pengaruh sinyal lain. Selain itu lidah lebih fleksibel, sensitive dan tak pernah merasa letih. Berbeda dengan otot lainnya,seperti otot wajah, fungsinya cenderung terhindar dari kecelakaan yang dapat melumpuhkan sebagian besar bagian tubuh, karena lidah yang melekat pada otak, bukan saraf tulang belakang.
Kemampuan lidah yang seperti ini sebenarnya sudah lama diperhatikan oleh para ilmuwan. Pada tahun 1960, para ilmuwan memfokuskan penelitiaannya untuk menambahkan fungsi lidah menjadi suatu lensa primitive dengan menambahkan jaringan elektroda. Studi terbaru menyebutkan bahwa penambahan lensa tersebut dapat berfungsi sebagai kamera yang dapat mengaktifkan elektroda pada lidah sehingga dapat membantu menentukan suatu bentuk objek dan tentu saja penemuan ini dapat membantu orang-orang buta dalam merasakan gambar.
Penemuan ini terus dikembangkan oleh Ghovanloo dan tim risetnya dengan membuat keyboard virtual berdasarkan bentuk fisiknya. Ghovanloo meletakkan magnet kira kira selebar 3mm. yang diletakkan di bawah ujung lidah. Gerakan magnet ini kemudian dilacak oleh sensor di samping pipi yang akan dikirimkan ke receiver berupa helm yang diletakkan di kepala. Hal ini kemudian diproses oleh software yang mengubah gerakan menjadi perintah untuk kursi roda atau elektronik lainnya. Setelah beralih pada sistem, pengguna akan diminta untuk menentukan enam perintah: kiri, kanan, maju, mundur, satu-klik dan klik dua kali. Bahkan layar yang luar biasa ini. “Mekanisme kerja antara magnet dan sensor ini memungkinkan lebih banyak lebih banyak lagi perintah, misalnya kiri-atas dapat memutar lampu, kanan-bawah dapat mematikan TV,” ujar Ghovanloo
